Pendekatan Starter Eksperimen Kontekstual

Model pembelajaran ini merupakan pendekatan komprehensif dalam pembelajaran sains yang berorientasi kepada proses bagaimana siswa dapat menemukan konsep-konsep sains yang sedang dipelajari. Proses dimaksud mencakup aspek-aspek kognitif dan keterampilan psikomotorik. Starter eksperimen sebagai pendekatan pembelajaran fisika menitik beratkan pada proses bagaimana siswa belajar baik secara individu maupun secara kelompok dalam memperoleh konsep-konsep fisika yang sedang dipelajari. Pendekatan starter eksperimen mencakup unsur-unsur seperti:


1) Mulai dengan pengalaman di lingkungan atau dalam percobaan.

2) Memisahkan langkah-langkah penting seperti: pengamatan, dugaan awal, vertifikasi, dan pemusatan konsep.

3) Bekerja dalam kelompok untuk menentukan langkah dan melaksanakannya dalam praktikum.

4) Menyampaikan gagasan, strategi, konsep, dan penerapan.

5) Guru sebagai stimulator dan organisator dalam proses belajar.

6) Melampaui batas pengetahuan menuju pemahaman.

7) Memberi motivasi kepada siswa dan guru terhadap sains.

Dari unsur-unsur pendekatan starter eksperimen di atas terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan dalam menyampaikan gagasan terhadap suatu peristiwa fisika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika yang dikaitkan dengan lingkungan di sekitar pebelajar akan mampu menciptakan pembelajaran lebih bermakna. Hal yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan percobaan sederhana namun tidak bersifat tradisional tentunya mengaitkan dengan hal yang ditemui di lingkungannya. Ada 8 langkah dalam pembelajaran sains dengan pendekatan starter eksperimen antara lain: (1) percobaan awal, (2) pengamatan, (3) merumuskan masalah, (4) dugaan sementara, (5) percobaan pengujian, (6) penyusunan konsep, (7) penerapan konsep, (8) evaluasi.

1) Percobaan Awal

Sebagai awal dari pembelajaran adalah demonstrasi yang merupakan percobaan awal yang dilakukan oleh guru. Demonstrasi ialah cara penyajian bahan pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang disertai dengan penjelasan lisan. Jones et al, (1974:37) menyatakan: Demostration is the process where in one person does something in the presence of other in order show them how to do it or to illustrate a principle. Demonstration utilizes both auditory and visual means of communication. Jadi demonstrasi adalah suatu proses dimana seseorang mengerjakan sesuatu di hadapan orang lain dalam urutan menunjukkan bagaimana cara melakukan itu atau untuk menggambarkan sebuah prinsip yang menggunakan indera pendengar dan komunikasi visual. Percobaan awal berupa potongan kejadian alam atau diambil langsung dari alam yang bertujuan untuk menggugah anak belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, dan menghubungkan konsep yang akan dipelajari dengan alam lingkungan.

2) Pengamatan
Pengamatan merupakan langkah kedua dalam pembelajaran, yang sangat menentukan hasil dari pembelajaran pedekatan starter eksperimen. Sehingga guru haruslah terampil dalam memilih percobaan awal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, dalam merancang percobaan awal adalah sebagai berikut.

a) Percobaan awal harus bebas dari hal-hal yang tidak perlu.

b) Bahan percobaan awal harus sederhana dan terdiri dari benda yang diambil dari lingkungan siswa.

c) Siswa harus dekat dengan percobaan dan didorong untuk menggunakan sebanyak-banyak mungkin indera mereka dalam mengamati percobaan.

d) Apabila siswa jumlahnya terlalu besar untuk mengamati percobaan, guru dapat membagi kelas dalam beberapa kelompok dan memberi giliran kepada setiap kelompok untuk mengadakan pengamatan.

e) Apabila diperlukan guru dapat mengulang kembali percobaan untuk memberikan kesempatan agar semua siswa dapat melakukan pengamatan.

f) Siswa disarankan mencatat semua pengamatan mereka, sebaliknya hasil pengamatan dicatat dalam selembar kertas lepas.

g) Siswa dilarang berbicara, melihat pengamatan orang lain, dan mendiskusikan basil pengamatannya. Dan hasilnya di kumpulkan kepada guru.

3) Perumusan Masalah
Berdasarkan atas hasil pengamatan yang telah dikelompokan tersebut, kemudian guru dalam peranannya sebagai moderator pembelajaran menuntun siswa dalam merumuskan masalah dengan memberikan pertanyaan mengapa atau bagaimana hasil pengamatan itu bisa terjadi atau bisa dijelaskan. Rumusan masalah yang operasional akan membantu siswa untuk merumuskan dugaan sementara (hipotesis).

4) Dugaan Sementara (Hipotesis)
Pada tahap ini siswa diberikan mengajukan dugaan sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan secara bebas. Perumusan tersebut membantu siswa mengemukakan pra-konsepnya. Dugaan yang diajukan oleh siswa harus diterima, meskipun guru telah mengetahui bahwa dugaan tersebut keliru. Benar atau tidaknya dugaan yang dikemukakan akan dibuktikan sendiri melalui percobaan pengujian.

5) Pengujian (Verifikasi)
Verifikasi terhadap dugaan awal mencakup dua kegiatan yang dilakukan dalam kelompok yaitu tahap desain atau perancangan percobaan pengujian dan tahap pelaksanaan pengujian. Pada tahap desain masing-masing anggota kelompok secara aktif mendiskusikan dan merancang sebuah percobaan untuk menguji dugaan awal. Dalam kegiatan ini guru dapat berperan sebagai mediator untuk membantu siswa dalam menemukan variabel-variabel yang dicari dalam percobaan.

6) Perumusan Konsep
Berdasarkan hasil pengujian dari percobaan pengujian dan diskusi yang dilakukan siswa secara individual memperoleh kesempatan untuk merumuskan konsep yang ditemukan. Dalam penyusunan konsep kadang-kadang diperlukan kata-kata kunci yang diberikan oleh guru dengan tanpa mengurangi kreativitas dan kebebasan siswa untuk mencoba mengemukakan pikirannya sendiri sesuai dengan bahasannya.

7) Penerapan Konsep
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk mencari contoh-contoh yang terkait dengan penerapan konsep sesuai dengan pokok bahasan dalam pembelajaran tersebut. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep dalam situasi lain merupakan salah satu bentuk evaluasi dari keberhasilan proses pembelajaran yang memberikan indikasi bahwa siswa telah memahami konsep secara komprehensif.

8) Evaluasi
Tahap akhir dari seluruh kegiatan pembelajaran sains adalah tahap evaluasi. Untuk dapat menentukan efektivitas dari kegiatan
pembelajaran maka evaluasi haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari dan mencerminkan proses yang telah dilalui sampai ditemukan konsep yang dipelajari.

Secara prinsip pendekatan starter ekseperimen merupakan model pembelajaran yang menghubungkan sains yang menjadi materi pelajaran di sekolah dengan sains yang dialami atau disaksikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan tersebut dibangun dengan mengarahkan siswa untuk melakukan pengamatan terhadap gejala alam yang kemudian digunakan sebagai basis pembelajaran berikutnya Proses belajar sains melalui pendekatan starter eksperimen mampu memberikan kesempatan kepada siswa seluas-luasnya dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan berbuat. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk membantu siswa dalam mencapai kesuksessan secara bersama dalam bidang akademik. Selain itu juga untuk mendorong interaksi kelompok yang positif untuk mengembangkan harga diri siswa serta cara berpikir siswa lebih terarah sesuai dengan tahapan­-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen, sehingga mampu mengurangi miskonsepsi siswa.

Pembelajaran kontektual mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensional yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan atau tanggapan. Pembelajaran kontekstual menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan dengan kerangka berfikir yang dimilikinya. Pembelajaran kontekstual salah satunya menekankan pada bagaimana belajar di sekolah dikontekskan ke dalam situasi nyata, sehingga hasil belajar dapat lebih diterima dan berguna bagi siswa bilamana siswa meninggalkan sekolah.

Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara ilmiah, berfikir mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan dapat terjadi melalui pencaharian hubungan yang masuk akal dan bermafaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya.

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan melalui hubungan di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran dengan gelaja-gejala alam yang terjadi di lingkungan sekitar pebelajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembelajaran starter eksperimen kontekstual akam mampu membawa peserta didik untuk memperoleh pengetahuan secara maksimal. Pengetahuan maksimal yang dimaksud ialah pengetahuan yang diperoleh secara teori dan secara nyata melalui praktikum dalam pembelajaran starter eksperimen.
Pendekatan Starter Eksperimen Kontekstual Pendekatan Starter Eksperimen Kontekstual Reviewed by Sastra Project on January 12, 2013 Rating: 5

2 comments:

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.