Pengetahuan awal memegang peranan penting dalam membangun pemahaman terhadap suatu objek yang dipelajari dan mempermudah proses pembelajaran serta mengarahkan hasil-hasil belajar lebih baik. Siswa yang memiliki pengetahuan awal yang cocok dengan pengetahuan baru yang diperoleh dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, maka proses pembelajaran akan berjalan lancar, tetapi apabila pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa tidak cocok dengan pengetahuan barunya, maka akan terjadi miskonsepsi dan inilah yang menjadi penghambat pembelajaran (Artanayasa, 2008). Menurut Sadia (2004) sebagian besar pengetahuan awal siswa masih bersifat miskonsepsi. Karena itulah, menurut Ausumbel (dalam Sadia, 2004) bahwa proses pembelajaran yang tidak menghiraukan pengetahuan awal siswa akan mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil.
Yager (dalam Inten, 2004) mengungkapkan bahwa aktivitas kelas yang dirancang guru, mengharuskan guru untuk membuat program pengajarannya atas dasar pengetahuan awal siswa. Dalam kenyataannya, jika guru tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa, maka bekas-bekas pengetahuan atau miskonsepsi itu akan dapat menimbulkan kesulitan belajar. Pengetahuan awal digunakan untuk membuat pengertian atas pengalaman, dan sebagai konsekuensinya guru harus memberi perhatian yang khusus terhadap pengetahuan awal setiap siswa dalam kelas. Melalui pengetahuan awal tersebut pebelajar akan menggunakannya untuk 1) menginterpretasi (dan mungkin menolak) ide-ide yang dipelajari, dan 2) mengaitkan ide-ide yang dipelajari dengan apa yang telah diketahuinya dan diyakininya.
Selain itu, miskonsepsi ini juga bisa terjadi karena ketidakhadiran siswa di sekolah. Ini merupakan alasan yang masuk akal untuk mengetahui mengapa siswa tersebut mengalami miskonsepsi saat belajar di kelasnya. Alasan yang lain yang menjadi penyebab miskonsepsi adalah waktu belajar di luar jam sekolah yang kurang. Karena siswa lebih tertarik untuk bermain bersama teman-temannya, bermain dengan permainan elektronik, menonton televisi dan lainnya (Turkmen, 2007). Telah dijelaskan bahwa motivasi secara umum didefinisikan sebagai gaya, rangsangan, atau pengaruh yang menyebabkan seseorang untuk bertindak atau merespon (Yenilmez, 2008). Motivasi siswa untuk bertindak dan merespon konsepsi ilmiah dapat mengurangi miskonsepsi yang terbentuk. Bila seseorang tidak memiliki motivasi untuk mengubah gambaran mental yang telah ada menjadi sesuai dengan konsepsi ilmiah, maka miskonsepsi akan terbentuk.
Yager (dalam Inten, 2004) mengungkapkan bahwa aktivitas kelas yang dirancang guru, mengharuskan guru untuk membuat program pengajarannya atas dasar pengetahuan awal siswa. Dalam kenyataannya, jika guru tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa, maka bekas-bekas pengetahuan atau miskonsepsi itu akan dapat menimbulkan kesulitan belajar. Pengetahuan awal digunakan untuk membuat pengertian atas pengalaman, dan sebagai konsekuensinya guru harus memberi perhatian yang khusus terhadap pengetahuan awal setiap siswa dalam kelas. Melalui pengetahuan awal tersebut pebelajar akan menggunakannya untuk 1) menginterpretasi (dan mungkin menolak) ide-ide yang dipelajari, dan 2) mengaitkan ide-ide yang dipelajari dengan apa yang telah diketahuinya dan diyakininya.
Selain itu, miskonsepsi ini juga bisa terjadi karena ketidakhadiran siswa di sekolah. Ini merupakan alasan yang masuk akal untuk mengetahui mengapa siswa tersebut mengalami miskonsepsi saat belajar di kelasnya. Alasan yang lain yang menjadi penyebab miskonsepsi adalah waktu belajar di luar jam sekolah yang kurang. Karena siswa lebih tertarik untuk bermain bersama teman-temannya, bermain dengan permainan elektronik, menonton televisi dan lainnya (Turkmen, 2007). Telah dijelaskan bahwa motivasi secara umum didefinisikan sebagai gaya, rangsangan, atau pengaruh yang menyebabkan seseorang untuk bertindak atau merespon (Yenilmez, 2008). Motivasi siswa untuk bertindak dan merespon konsepsi ilmiah dapat mengurangi miskonsepsi yang terbentuk. Bila seseorang tidak memiliki motivasi untuk mengubah gambaran mental yang telah ada menjadi sesuai dengan konsepsi ilmiah, maka miskonsepsi akan terbentuk.
Hubungan pengetahuan awal, motivasi belajar, dan miskonsepsi
Reviewed by Sastra Project
on
February 05, 2013
Rating:
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip