Di Indonesia yang
mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak dapat dihindari
adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan beberapa hal. Begitu
juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD.
Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien, sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas guru.
Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien, sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri
dan konstektual, sehingga secara tidak langsung interaksi antara siswa yang
baik dan intensif akan membentuk karakter siswa yang positif. Kalau dikaitkan
dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menekannkan pada pendekatan tematik,
PKR ini tampaknya cocok diterapkan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu
integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses
pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan
(http://kangmartho.com)
Pelaksanaan PKR bukan saja sekedar
kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki oleh guru
yang mengajar di kelas rangkap akan sangat berarti dalam mengembangkan
profesionalismenya. Guru perlu persiapan materi, fisik, dan mental dalam PKR. Oleh karena itu, akan
dikaji gambaran gambaran PKR dan praktik yang terjadi di lapangan.
B. Pengertian PKR
Menurut Winataputra (1999) pengertian PKR
merupakan adaptasi dari defibisi multiple
class teaching dari UNESCO (1988), dalam PKR seorang guru mengahadapi dua
kelas atau lebih, satu kelas dengan dua atau beberapa kelompok murid yang
berbeda kemampuannya, untuk membimbing
belajar dalam satu mata pelajaran atau lebih pada jam yang sama. Oleh karena
itu PKR dapat dikatakan sebagai pendekatan manajemen pembelajaran, PKR bukanlah
suatu metode pembelajaran dalam penerapannya menuntut penggunaan berbagai
metode dan teknik serta sumber pembelajaran.
PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR
juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang atau lebih
dan menghadapi muruid-murid dengan kemampuan yang berbeda (Djalil, 2019;
Susilowati, 2010).
C. Tujuan, Fungsi, dan
Manfaat PKR
Tujuan, Fungsi, dan Manfaat PKR dapat
dikaji dari berbagai aspek berikut.
1.
Kuantiti dan Ekuiti
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada,
PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas kuantiti (jumlah) dan ekuiti (pemerataan).
Dengan jumlah guru yang kita miliki saat ini, kita dapat memberikan pelayanan
pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih
besar jumlahnya, di samping itu kita mampu memberikan layanan yang lebih
merata.
2.
Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat
dapat mengurangi biaya pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau
beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan
satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat
berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana
pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke
daerah yang sulit, kecil, dan terpencil sekalipun.
3.
Paedagogis
Sudah seringkali bahwa pendidikan kita
dikritik sebagai sistem yang belum mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja
yang mandiri. Lulusan kita dinilai kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan
mudah menyerah. Pengalaman sejumlah negara yang mempraktikkan PKR menunjukkan
bahwa, strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid. Apabila dipelajari
lebih lanjut pembahasan unit-unit dalam PKR, maka dapat disimak bahwa seorang
guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4.Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat
mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian
kekawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD
yang jauh dapat menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya
pengulangan kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan
pada saat murid pergi atau pulang sekolah.
D.
Prinsip-Prinsip Yang Mendasari PKR
PKR merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang perlu dikuasai oleh guru SD. Sebagai salah satu bentuk pembelajaran, PKR
mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, seperti bentuk-bentuk
pembelajaran yang lain. Pembelajaran mengandung makna yang berbeda dari kegiatan
pembelajaran lainnya. Pada PKR, kegiatan belajar dapat terjadi dengan atau
tanpa guru. Artinya, murid dapat belajar dalam berbagai situasi tanpa
tergantung pada guru. Misalnya, murid dapat belajar dari buku, berdiskusi
dengan teman atau mengamati sesuatu. Tetapi perlu diingat bahwa dalam pembelajaran
peran guru sangat penting, misalnya pada awal, saat kegiatan, atau akhir
kegiatan. Di samping prinsip-prinsip pembelajaran secara umum, PKR mempunyai prinsip
khusus sebagai berikut.
1.
Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau
lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah
kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang
terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai
tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan murid dan dikelola
dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan murid hanya
untuk mengisi kekosongan saja , maka bukan PKR yang diharapkan.
2.
Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) Tinggi.
Selama PKR berlangsung, murid aktif
menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada
banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya,
waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas
yang memakan waktu.Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar
WKA. Namun perlu Anda ingat, bahwa WKA tinggi tidak selalu berkadar tinggi.
Kualitas pengalaman belajar yang dihayati murid sangat menentukan WKA. Kualitas
dan lamanya kegiatan berlangsung menentukan tinggi rendahnya kadar WKA.
3.
Kontak Psikologis Guru dan Murid yang Berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha
dengan berbagai cara agar semua murid merasa mendapat perhatian dari guru
secara terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai
berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan
kemudian mampu meyakinkan murid bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan
pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan
tindakan pengelolaan yang tepat. Tindakan instruksional adalah tindakan yang
langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan,
memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan
yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal.
Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi
petunjuk yang jelas atau menegur murid.
4.
Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana,
orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis sumber harus
dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan
yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian dengan orang dan
waktu. Murid yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus dikelola
dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi. Di samping
keempat prinsip yang telah disebutkan, masih ada satu prinsip lagi yang perlu
dikuasai guru PKR, yaitu membiasakan murid untuk mandiri. Apabila guru mampu
menerapkan keempat prinsip di atas, maka murid akan terbiasa mandiri. Kemampuan
murid untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran
secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
Ada beberapa alasan penting yang
menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan, yaitu:
1.
Alasan Geografis
Lokasi pembelajaran yang sulit dijangkau,
terbatasnya sarana transportasi, dan pemukiman penduduk yang jaraknya
berjauhan, serta adanya ragam mata pencaharian penduduk misalnya berladang,
mencari ikan bahkan menebang kayu atau mencari sesuatu di hutan, maka hal ini
dapat mendorong penggunaan PKR.
2.
Alasan Demografis
Mengajar murid dengan jumlah rombongan
belajar sedikit atau kecil, atau murid yang tinggal di pemukiman yang jarang
penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang tepat dan praktis. Di daerah
perkotaanpun PKR dapat dilaksanakan. Ada beberapa SD di perkotaan mengalami
kekurangan murid. Dengan demikian setiap tingkatan kelas hanya beberapa saja
muridnya. Agar tidak ada pemborosan dalam tenaga guru, maka PKR merupakan cara
pembelajaran yang dapat dibilang praktis dan ekonomis.
3.Kekurangan
Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan
bisa dikatakan cukup, namun pada kenyataannya masih ada keluhan kekurangan
guru, terutama di daerah-daerah terpencil. Apalagi bila secara geografis daerah
tersebut sulit dijangkau, maka akan membuat guru takut ditugaskan di daerah
itu. Rendahnya minat guru untuk mengadu nasib di daerah terpencil, juga
disebabkan beberapa faktor. Misalnya mahalnya harga keperluan sehari-hari,
sulitnya alat transportasi, gaji yang terlambat, bahkan terbatas peluang untuk
mendapatkan pengembangan karirnya. Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah
seperti itu perlu adanya keiklasan dan penuh sukacita, dan kesiapan mental dari
guru tersebut.
4.
Keterbatasan Ruang Kelas
Di daerah yang jumlah muridnya sangat
sedikit, tidak memerlukan ruang kelas lebih banyak. Tetapi, di daerah lain
meskipun sudah mempunyai ruang kelas sesuai dengan jumlah tingkatan kelas,
masih belum cukup karena jumlah rombongan belajar lebih besar. Nah untuk
mengatasi masalah tersebut, maka perlu menggabungkan dua atau lebih kelas yang
diasuh atau dibimbing oleh seorang guru. Dengan demikian PKR diperlukan untuk
mengatasi hal tersebut.
5.
Kehadiran guru
Ketidak hadiran guru , bukan saja dialami
oleh sekolah di daerah terpencil, di kota besar pun juga mengalaminya. Seperti
di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat kehadiran guru untuk melaksanakan
tugasnya. Guru yang tidak kena musibah harus mengajar kelas yang tidak ada
gurunya. Belum lagi alasan lain misalnya sakit, cuti, atau ada kegiatan
berberkaitan meningkatkan profesional dan kualifikasi guru.
Depdikbud. 2012. Dokumen
Kurikulum 2013 (http://kangmartho.com)
Djalil,
Aria, dkk. 1998/1999. Pembelajaran Kelas
Rangkap. Jakarta. UT
Susilowati,
Dra.M.Pd. 2010. Pembelajaran Kelas
Rangkap. Jakarta. Dirjen Dikti
Winataputra, Udin S, H. 1998/1999. Pembelajaran
kelas Rangkap (PKR). Jakarta. PPGSD Dirjen
Dikti.
>> Model-model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR)
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
Reviewed by Sastra Project
on
July 15, 2016
Rating:
Download dan nonton bokep online terbaru, bikin sange dan pastinya baperan..
ReplyDeleteFoto dan Video Bokep Viral Memeksiana
Bokep Asia
Bokep Barat
Bokep Indo
Bokep Jepang
Bokep Anime
Bokep Cina
Bokep Korea
Bokep Melayu
Foto Memek Hot
mohon ijin save dan terimakasih sangat membantu..
ReplyDelete