Proses pembelajaran yang baik memerlukan model pembelajaran
yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Dogru,
2007). Oleh karena itu, dalam memilih
suatu model pembelajaran diperlukan adanya pertimbangan-pertimbangan, misalnya
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia. Pertimbangan tersebut akan menyebabkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Siswa yang terlibat dalam
pembelajaran akan menemukan kebermaknaan belajar.
Model pembelajaran think–explain-apply merupakan
model yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kebermaknaan belajar bagi siswa yang
berpengaruh pada prestasi belajar siswa nantinya. Model pembelajaran think-explain-apply
merupakan model pembelajaran yang memiliki karakteristik, yaitu berfokus pada
kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah dan mengobservasi, serta mampu
menciptakan lingkungan sosial yang dinamis di antara mereka (Wright et al., 2009). Kemampuan
menyelidiki, memecahkan masalah, dan mengobservasi diperoleh dengan cara
melibatkan seluruh indera. Keterlibatan seluruh indera akan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Siswa menjadi lebih kreatif dan kegiatan pembelajaran
akan menjadi menyenangkan. Kemampuan menciptakan lingkungan sosial yang dinamis
bukanlah sesuatu yang mudah. Kemampuan ini akan terbentuk jika siswa
membiasakan diri bersosialisasi dengan lingkungannya. Adanya kelompok-kelompok
kecil dalam proses pembelajaran sangat membantu siswa menciptakan lingkungan
sosial yang dinamis.
Model pembelajaran think-explain-apply,
mengarahkan siswa yang berperan langsung baik secara berkelompok maupun
individu dalam menggali konsep dan prinsip
(Ozturk et al., 2008). Tugas guru adalah mengarahkan proses
belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip
yang diperoleh siswa. Jadi, siswa secara mandiri membangun konsep dalam
pengetahuannya. Model ini dilengkapi dengan percobaan yang dapat membantu siswa untuk menemukan suatu masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan memecahkan langsung permasalahan yang ditemukan
sendiri sehingga akan menumbuhkan keterampilan proses sains bagi siswa.
Kegiatan praktikum juga dapat membangkitkan minat belajar dan memberikan
bukti-bukti bagi kebenaran teori atau konsep-konsep yang telah dipelajari
siswa. Pembuktian langsung terhadap konsep yang diperoleh dipandang sebagai
proses belajar bermakna. Proses belajar kebermaknaan melalui percobaan tersebut
akan lebih menguatkan konsep siswa terhadap pembelajaran. Konsep yang ditemukan
sendiri oleh siswa akan tersimpan dalam memori jangka panjangnya (Trianto,
2007). Memori jangka panjang mampu menyimpan fakta-fakta dan pengetahuan umum
atau generalisasi informasi yang diketahui seperti konsep, prinsip, aturan
penggunaan, dan keterampilan memecahkan masalah. Informasi disimpan dalam
bentuk jaringan hubungan saling berkaitan yang disebut skemata. Implementasinya
adalah informasi baru yang cocok masuk ke dalam suatu skema yang telah
dikembangkan dengan baik terserap jauh lebih cepat daripada informasi yang
tidak cocok masuk ke dalam skema. Tahapan model pembelajaran ini adalah
sebagai berikut (Ozturk, 2008).
a.
Think
Think merupakan proses
berpikir. Pada tahap ini, siswa berpikir
untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Siswa mencermati permasalahan
dan mengkaitkan dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Hasil
pencermatan siswa dituangkan dalam suatu hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian dibuktikan
melalui suatu kegiatan praktikum. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkan
proses yang dilakukan siswa. Guru juga mengamati kegiatan yang dilakukan siswa
dan memberikan penilaian dalam setiap kegiatan.
b.
Explain
Explain merupakan proses menjelaskan hasil temuan. Siswa yang
telah melaksanakan praktikum akan memperoleh suatu simpulan. Simpulan tersebut
merupakan konsep yang telah mereka temukan selama proses pembelajaran. Peran
guru pada tahap ini adalah memberikan koreksi terhadap konsep yang ditemukan
siswa. Koreksi diperlukan agar siswa mengetahui konsep yang sebenarnya. Siswa
juga dapat mengoreksi kemampuan yang telah dimiliki.
c.
Apply
Apply merupakan proses menerapkan konsep yang
telah ditemukan pada situasi baru. Konsep yang telah dikuasai siswa
digunakan untuk memecahkan permasalahan yang berbeda, namun masih dalam konsep
yang sama. Siswa dilatih untuk menggunakan pemahamannya terhadap materi untuk
diterapkan pada situasi baru. Peran guru pada tahap ini adalah memberikan
fenomena pada situasi baru dengan cara diskusi. Guru akan mengevaluasi batas
kemampuan penalaran siswa. Guru juga memberikan evaluasi berupa tes untuk
mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran yang telah diberikan.
Model pembelajaran think-explain-apply memberikan dampak bagi
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung (Wirght et al., 2009).
Dampak langsung yang diperoleh siswa adalah memiliki cara untuk memecahkan
masalah yang ada dalam diri siswa, mampu menganalisis nilai-nilai dan perilaku
diri sendiri, dan memiliki empati.
Dampak tidak langsung yang diperoleh siswa adalah kesenangan dalam
mengekspresikan pendapat dan menjaring fakta permasalahan sosial di
lingkungannya.
Proses yang perlu diperhatikan dalam
model pembelajaran think-explain-apply adalah mengingat, mencari fakta,
menerapkan informasi, melihat sesuatu menjadi lebih bermakna, dan pemahaman
bagi diri sendiri (Ozturk et al.,
2008). Proses tersebut merupakan keunggulan yang terdapat
dalam model pembelajaran ini. Semua
konsep merupakan hal yang penting dan harus ada dalam setiap pembelajaran. Akan
tetapi, dari semua konsep tersebut, melihat sesuatu menjadi lebih bermakna dan
pemahaman bagi diri sendiri merupakan dua konsep terpenting dalam pembelajaran.
Melalui kedua konsep ini siswa dilatih untuk mereorganisasi informasi tidak
hanya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada saat pembelajaran tetapi juga
mampu menjiwai perilaku
siswa itu sendiri. Selain keunggulan, model ini juga terdapat kelemahan,
yaitu memerlukan waktu yang banyak dalam kegiatan pembelajaran karena untuk menghasilkan
pembelajaran yang baik diperlukan proses yang cukup panjang (Akpinar, 2008).
Waktu pembelajaran yang telah ditetapkan di sekolah kurang memaksimalkan
penggunaan model ini. Kelemahan yang lain adalah keanekaragaman kemampuan siswa
yang terkadang menyebabkan terjadinya selisih paham dalam kelompok. Model pembelajaran think–explain-apply, mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran sains tidak hanya
mencakup kemampuan kognitif saja, tetapi juga kemampuan afektif dan
psikomotorik. Model pembelajaran think–explain-apply dirancang agar
siswa berinteraksi dengan alam melalui percobaan-percobaan (Otzurk, et
al., 2008).Siswa tidak hanya
pasif menerima konsep dan prinsip yang sering terjadi pada pembelajaran konvensional tetapi juga secara aktif menemukan konsep dan
prinsip tersebut. Berdasarkan
pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran think–explain-apply mampu memberikan dorongan siswa untuk mengasah kemampuan belajar secara
mandiri (individu maupun kelompok), serta dapat membantu siswa untuk
mengapresiasikan pengetahuan sains baik dalam diskusi kelompok maupun
penyampaian secara terbuka. Oleh
karena itu, siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran think–explain-apply,
prestasi belajarnya akan lebih tinggi dibandingkan siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
REFERENSI:
Akpinar,
Y. 2008. Validation of a think-explain-apply method review instrument. International Journal of Instructional
Technology and Distance Learning, 4(3),
31-44.
Dogru, M. & Kalender, S.. 2007. Applying the subject “cell” through constructivist approach
during science lessons and the teacher’s view. Journal of Environmental
& Science Education 2 (1), 3-13.
Ozturk, M., Duru, M. E., Ozler, M. A., &
Harmandar, M. 2008. The effect of think-explain-apply teaching method on the success of learning-teaching: A
laboratory study. International Journal of Environmental & Science Education,
2 (4), 132-134
Trianto. 2007. Model-model
pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik: Konsep landasan
teoritis-praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wright, A., Calabrese, N.,
& Henry, J. J. 2009. How service and
learning came together with think-explain-apply models. International
Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 20 (2), 274-283.
Model Pembelajaran Think-Explain-Apply
Reviewed by Sastra Project
on
July 13, 2016
Rating:
ReplyDeleteThank you, your article is very good
viagra asli
cialis asli
viagra jakarta
viagra asli jakarta
toko viagra jakarta
jual viagra jakarta
agen viagra jakarta
toko viagra asli
jual viagra asli
jual viagra
toko viagra
agen viagra
cialis jakarta
cialis asli jakarta
titan gel asli
titan gel jakarta
titan gel asli jakarta
viagra cod jakarta
obat viagra jakarta
obat viagra asli
viagra usa
viagra original
obat viagra
obat kuat viagra
jual cialis
toko cialis
obat cialis
obat cialis asli
obat kuat cialis
obat cialis jakarta
toko cialis jakarta
jual cialis jakarta
agen cialis jakarta
toko titan gel
jual titan gel
vitamale asli
permen soloco asli
maxman asli
vimax asli
viagra
titan gel
hammer of thor
hammer of thor asli
hammer of thor jakarta
hammer of thor asli jakarta
nice info makasih udah share
ReplyDeletejenis alat berat komatsu