Goooo ....llll
Suara teriakan histeris terdengar ketika Rosicky dari Republik Ceko dimenit
ke-36 menjebloskan bola ke gawang Keller dari Amerika Serikat melalui tendangan
spektakular pada jarak 25 meter. Saat Rosicky menciptakan gol ini, mungkin ia
tidak berpikir tentang fisika. Namun apa yang dilakukan oleh Rosicky itu
ternyata erat hubungannya dengan fisika. Sebut saja ketika Rosicky menendang
bola ke gawang,
ia harus mengatur kecepatan dan besar sudut elevasi bola secara
baik. Terlalu besar sudut elevasi dan kecepatan bola, bola akan melewati
mistar. Sebaliknya jika sudut elevasi dan kecepatan terlalu kecil, bola akan
jatuh di depan gawang. Seorang pemain sepakbola profesional adalah seperti
seorang ahli fisika, ia harus mampu mengukur dengan tepat berapa besar gaya
yang harus diberikan dan kemana arah bola harus ditendang agar bola dapat masuk
gawang dengan cukup keras dan akurat. Sepakbola adalah permainan fisika. Dengan
mengerti fisika kita bisa lebih menikmati permainan sepakbola, kita dapat
mengerti mengapa lintasan bola berbentuk parabola, bagaimana terjadinya
tendangan pisang, mengapa penjaga gawang sulit menahan tendangan pinalti,
bagaimana orang menyundul bola dengan lebih efektif dan masih banyak lagi.
Seorang pemain profesional yang diperlengkapi dengan ilmu fisika akan dapat
memperbaiki skill dan kemampuannya.
Gerakan Parabola
Ketika di
SMP/SMA, kita belajar bahwa bola yang ditendang dengan sudut elevasi tertentu
akan membentuk lintasan parabola (Gb. 1b). Bentuk lintasan ini sangat dipengaruhi
oleh gravitasi bumi, kecepatan dan sudut elevasi bola. Tanpa gravitasi bola akan
bergerak lurus ke atas (Gb. 1a). Gravitasilah yang menarik bola turun. Semakin besar
gravitasi semakin cepat bola jatuh ke tanah (lintasan bola semakin pendek). Di bulan
yang gravitasinya lebih kecil, lintasan bola yang ditendang astronot akan jauh
lebih panjang dibandingkan dengan lintasan bola di Bumi. Menurut perhitungan
fisika, untuk menendang bola sejauh mungkin, pemain sepakbola harus menendang
bola sekeras mungkin dan dengan sudut elevasi 450.
Tendangan Pisang
Tahun 70-an Pele
terkenal dengan tendangan pisangnya. Tahun 1998 gantian Roberto Carlos
dipuja-puja karena tendangan pisangnya. Tahun 2006 ini para penonton sedang menunggu-nunggu
bagaimana David Beckham mengecoh para penjaga gawang dengan tendangan pisangnya
yang sangat terkenal itu. Kita tentu masih ingat gol-gol manis David Beckham
melalui tendangan bebasnya. Yang dilakukan sekitar 30 meter didepan gawang.
Beckham menendang bola dengan kecepatan sekitar 120 km/jam, bola melambung
sekitar 1 meter melewati kepala para pagar betis itu dan secara tiba-tiba bola
membelok serta masuk ke gawang lawan Tepukan menggemuruh menyambut gol yang
sangat spektakular ini. Bagaimana David Beckham melakukan ini? Seorang pengamat
sepakbola Keith Hanna mengatakan bahwa Beckham melakukan ini karena otaknya
yang jenius dapat memproses perhitungan fisika yang kompleks secara cepat
sekali. Peneliti lain dari Universitas Sheffield, Inggris mengatakan hal yang
sama:
"...
Beckham was applying some very sophisticated physics," Lintasan bola
yang menyerupai bentuk pisang ini sudah lama menjadi perhatian para peneliti.
Gustav Magnus tahun 1852 pernah meneliti kasus sebuah bola yang bergerak sambil
berotasi (Gb. 3). Gerakan bola ini menimbulkan aliran udara. Akibat rotasi
bola, aliran udara yang searah dengan arah rotasi bola (A) bergerak relatif
lebih cepat dibandingkan aliran udara pada sisi bola yang lain (B). Menurut
Bernoulli semakin cepat udara mengalir, semakin kecil tekanannya. Akibatnya
tekanan di B lebih besar dibandingkan tekanan di A. Perbedaan tekanan ini
menimbulkan gaya yang membelokan bola ke arah A. Membeloknya bola akibat
perbedaan tekanan udara ini sering disebut efek magnus untuk menghormati
Gustav Magnus. Pada tendangan bebas, bola yang bergerak dengan kecepatan 110
km/jam dan berotasi dengan 10 putaran tiap detiknya, dapat menyimpang/membelok
lebih dari 4 meter, cukup membuat penjaga gawang kebingungan. Yang juga membuat
tendangan Beckham lebih spektakular adalah efek lengkungan tajam di dekat akhir
lintasan bola. Lengkungan tajam yang tiba-tiba inilah yang membuat kipper kipper
terperangah karena bola berbelok begitu cepat dengan tiba-tiba. Apa yang menyebabkan
ini? Peneliti Inggris, Peter Bearman mengatakan bahwa efek magnus akan mengecil
jika kecepatan gerak bola terlalu besar atau rotasinya lebih lambat. Jadi untuk
mendapat efek magnus yang besar, seorang harus membuat bola berputar sangat
cepat tetapi kecepatannya tidak boleh terlalu cepat. Ketika Beckham menendang
bola secara keras dengan sisi sepatunya sehingga bola dapat berotasi cepat
sekali, bola melambung dan mulai membelok akibat adanya efek magnus. Gesekan
bola dengan udara akan memperlambat gerakan bola (kecepatan bola berkurang).
Jika rotasi bola tidak banyak berubah, maka pengurangan kecepatan dapat
menyebabkan efek magnus bertambah besar, akibatnya bola melengkung lebih tajam,
masuk gawang, membuat penonton terpesona dan berdecak kagum.
Menyundul
Menyundul
merupakan bagian penting dalam sepakbola. Banyak gol tercipta melalui sundulan
kepala. Menyundul bola membutuhkan koordinasi yang baik dari kepala, badan,
serta pengetahuan tentang kecepatan bola dan arah sundulan. Ada 2 posisi
menyundul bola: 1) ditempat dengan melompat vertikal 2) berlari sambil melompat
menyambut bola. Pada posisi 2, bola akan bergerak lebih cepat karena mendapat
tambahan momentum dari gerakan kita. Besarnya momentum yang diterima bola
sangat tergantung pada ke elastisan bola dan kekuatan otot tulang belakang
ketika kita menyundul bola. Untuk membuat sundulan sekuat mungkin, kepala harus
ditarik kebelakang sebanyak mungkin (badan melengkung), paha ditarik kebelakang
dan lutut bengkok Pada posisi ini terjadi keseimbangan aksi-reaksi, pemain
tidak terpelanting atau terputar dan kepala siap memberikan sundulan kuat ke
bola. Saat bola menyentuh kepala, tubuh harus setegar mungkin agar lebih banyak
energi dapat diberikan ke bola (gerakan otot dan urat yang tidak perlu akan
menyerap energi kita dan dapat mengurangi energi yang diberikan pada bola). Waktu
sentuh kepala dengan bola (23 milidetik) yang relatif lebih lama dibandingkan waktu
sentuh kaki ketika ia menendang bola (8 milidetik), memungkinkan kita untuk mengarahkan
bola secara akurat ke arah yang kita inginkan. Orang botak sering mendapat
keuntungan dalam menyundul bola (rambut gondrong akan menyerap sebagian energi
bola sehingga bola yang terpantul akan berkurang kecepatannya). Tetapi bukan
berarti orang gondrong tidak bisa menyundul keras.
Tendangan
pinalti
Tendangan
pinalti adalah tendangan yang sangat ditakuti oleh para penjaga gawang. Tendangan
ini dilakukan pada jarak 11 meter dari gawang dan biasanya jarang gagal. Seorang
pemain sepakbola profesional dapat menendang bola dengan kecepatan sekitar 30
meter per detik (108 km/jam). Dengan kecepatan ini bola akan mencapai ujung
kanan atas gawang dalam waktu 0,45 detik dan untuk ujung kanan bawah 0,38
detik. Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan di Center for Neural
Science New York, waktu 0,38 detik tidak cukup untuk menangkap bola. Ketika
bola ditendang, penjaga gawang akan bereaksi rata-rata setelah 0,3 detik.
Begitu bereaksi, otak akan memberi perintah pada otot untuk bergerak, ini butuh
waktu tambahan lebih dari 0,1 detik. Itu sebabnya sukar bagi penjaga gawang
untuk menangkap bola yang bergerak cepat itu. Untuk melatih reaksi yang cepat
dan tepat dibutuhkan latihan yang panjang dan pengalaman yang cukup. Itu
sebabnya para kiper atau penjaga gawang dalam piala dunia ini rata-rata lebih
tua dibandingkan pemain lainnya. Agar berhasil, penendang pinalti harus
memperhatikan arah angin, rotasi dan kecepatan bola. Bola yang berotasi terlalu
cepat dapat menimbulkan efek magnus dan turbulens udara yang akan menyimpangkan
bola. Menurut penelitian, tendangan yang paling efektif adalah tendangan dengan
kekuatan 75 % sampai 80 % dari kekuatan maksimum (kecepatan bola sekitar 80
km/jam). Pada kecepatan ini penjaga gawang sulit menangkap bola dan kemungkinan
terjadinya gol lebih besar dibandingkan dengan tendangan dengan kekuatan penuh.
Bicara sepakbola dengan fisika, sangat mengasyikan dan tak ada habisnya.
Gerakan parabola, tendangan pisang, gerakan menyundul dan tendangan pinalti
yang kita bahas diatas hanya sebagian dari asyiknya fisika dalam sepakbola. Di
arena piala dunia 2006 ini kita bisa menikmati lebih banyak lagi bagaimana
asyiknya fisika diterapkan dalam sepakbola. Coba saja perhatikan bagaimana
nanti kiper Jerman memanfaatkan hokum pemantulan untuk menepis
tendangan-tendangan maut dari para pemain lawan. Atau perhatikan bagaimana
Totti menggunakan konsep keseimbangan ketika menghentikan bola dengan tubuh
atau kakinya. Atau juga bagaimana Klose menggunakan konsep momentum, tumbukan
dan momentum sudut yang tepat untuk menggerakan kepalanya dan menyundul bola ke
gawang musuh. Atau bagaimana Nistelrooy dengan menggunakan keseimbangan yang
sempurna melakukan tendangan voli yang indah dan memasukkan bola ke gawang
lawan. Itu baru sebagian. Kita masih akan disuguhkan dengan banyak
atraksi-atraksi lainnya yang membuat kita terkagum-kagum. Kita akan melihat
bagaimana Owen, Ronaldo dan Trezeguet menggunakan perhitungan fisika (besar
kecepatan, besar gaya dan arah ) untuk memasukkan bola ke gawang lawannya. Kita
juga akan menyaksikan Crespo dan para eksekutor lain mengkombinasikan fisika dengan
kecerdikan untuk menaklukan kiper-kiper terbaik dunia. Dan tentu saja kita akan
saksikan bagaimana Beckham atau Roberto Carlos memanfaatkan efek magnus dalam melakukan
tendangan pisangnya. Akhirnya selamat menikmati piala dunia dan selamat menikmati
fisika dalam sepakbola.
(Yohanes Surya).
Pemain Sepakbola Sebenarnya Jago Fisika
Reviewed by Sastra Project
on
December 26, 2012
Rating: