Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Sedangkan berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Sedangkan bentuk aktivitas berpikir merupakan tingkah laku simbolis, karena seluruh aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang konkrit. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu: (1) pembentukan pengertian yaitu melalui proses mendeskripsi
ciri-ciri objek yang sejenis, mengklasifikasi ciri-ciri yang sama, mengabstraksi dan menyisihkan, membuang, dan menganggap ciri-ciri yang hakiki; (2) pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih yang dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat menolak, pendapat menerima, dan pendapat asumtif yaitu mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal; dan (3) pembentukan keputusan, yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada (Sagala, 2007).
Peter Reason (dalam Sanjaya, 2008) menyatakan berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir. Berpikir meyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang diingat dan dipahaminya.
Kini konsep belajar sepanjang hayat telah memperoleh arti yang sangat penting karena tiap individu dapat memperbaharui pengetahuan yang telah diperolehnya melalui proses belajar dengan berorientasi pada learner centered. Terdapat delapan keterampilan umum dalam pendidikan jaman modern yaitu: pemikiran kritis, pemikiran kreatif, komunikasi ilmiah, penelitian-tanya jawab, memecahkan masalah, menggunakan teknologi informasi, kewiraswastaan, dan menggunakan bahasa dengan tepat dan secara efisien (Arkun dan Akkoyunlu, 2008). Kurlik dan Rudnick (dalam Aryati, 2008) menyebutkan bahwa berpikir adalah bagian penalaran yang melebihi ingatan. Tingkatan keterampilan berpikir ini dilihat pada Gambar
ciri-ciri objek yang sejenis, mengklasifikasi ciri-ciri yang sama, mengabstraksi dan menyisihkan, membuang, dan menganggap ciri-ciri yang hakiki; (2) pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih yang dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat menolak, pendapat menerima, dan pendapat asumtif yaitu mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal; dan (3) pembentukan keputusan, yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada (Sagala, 2007).
Peter Reason (dalam Sanjaya, 2008) menyatakan berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir. Berpikir meyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang diingat dan dipahaminya.
Kini konsep belajar sepanjang hayat telah memperoleh arti yang sangat penting karena tiap individu dapat memperbaharui pengetahuan yang telah diperolehnya melalui proses belajar dengan berorientasi pada learner centered. Terdapat delapan keterampilan umum dalam pendidikan jaman modern yaitu: pemikiran kritis, pemikiran kreatif, komunikasi ilmiah, penelitian-tanya jawab, memecahkan masalah, menggunakan teknologi informasi, kewiraswastaan, dan menggunakan bahasa dengan tepat dan secara efisien (Arkun dan Akkoyunlu, 2008). Kurlik dan Rudnick (dalam Aryati, 2008) menyebutkan bahwa berpikir adalah bagian penalaran yang melebihi ingatan. Tingkatan keterampilan berpikir ini dilihat pada Gambar
Berpikir kritis adalah suatu proses yang memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh pengetahuan baru melalui pemecahan masalah dan kerja sama/kolaborasi. Berpikir kritis memusatkan pada proses pembelajaran bukan mencapai informasi semata. Keterampilan ini melibatkan menemukan bagaimana cara meneliti, manyatukan, membuat keputusan, serta menciptakan dan menerapkan pengetahuan baru ke situasi dunia nyata.
Orlich, et al. (dalam Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi: (1) mengobservasi; (2) mengidentifikasi pola, hubungan, hubungan sebab-akibat, asumsi-kesalahan alasan, kesalahan logika dan bias; (3) membangun kriteria dan mengklasifikasi; (4) membandingkan dan membedakan, (5) menginterpretasikan; (6) meringkas; (7) menganalisis, mensintesis dan menggeneralisasi; mengemukakan hipotesis; (8) membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan. Sehubungan dengan itu, ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah: (a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, (b) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya. Berdasarkan uraian seperti di atas, maka keterampilan berpikir kritis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan dan menganalisis argumen, melakukan observasi, menyusun hipotesis, melakukan deduksi dan induksi, mengevaluasi, dan mengambil keputusan serta melaksanakan tindakan. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari keterampilan tingkat tinggi (high order thinking).
Ciri-ciri lain dari keterampilan berpikir kritis menurut Schfersman (dalam Aryati, 2008) baik dalam konteks pengetahuan, kemampuan, sikap, maupun konteks kebiasaan perilaku adalah: (1) menggunakan bukti atau fakta secara terampil dan berimbang; (2) mengorganisasi ide dan mengartikulasikannya secara ringkas dan koheren; (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logika, valid, dan invalid; (4) meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang cukup guna pengambilan keputusan; (5) memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi; (6) berusaha mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi dan tindakan alternatif; (7) melihat kesamaan dan analogi secara mendalam; (8) mampu belajar secara mandiri; (9) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam domain lain dari yang telah dipelajari; (10) dapat menyusun representasi masalah dari informasi yang serupa dengan cara teknik formal; (11) sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan; (12) sadar terhadap fakta bahwa pemahaman itu memiliki keterbatasan; dan (13) mengakui kekeliruan opini pribadi, dan menyadari kemungkinan opini yang bias
Komponen dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Adapun komponen dan indikator-indikator dari setiap komponen berpikir kritis menurut Ennis (1985) dapat disajikan seperti dalam Tabel dibawah.
Orlich, et al. (dalam Ibrahim, 2007) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi: (1) mengobservasi; (2) mengidentifikasi pola, hubungan, hubungan sebab-akibat, asumsi-kesalahan alasan, kesalahan logika dan bias; (3) membangun kriteria dan mengklasifikasi; (4) membandingkan dan membedakan, (5) menginterpretasikan; (6) meringkas; (7) menganalisis, mensintesis dan menggeneralisasi; mengemukakan hipotesis; (8) membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan. Sehubungan dengan itu, ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah: (a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, (b) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya. Berdasarkan uraian seperti di atas, maka keterampilan berpikir kritis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan dan menganalisis argumen, melakukan observasi, menyusun hipotesis, melakukan deduksi dan induksi, mengevaluasi, dan mengambil keputusan serta melaksanakan tindakan. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari keterampilan tingkat tinggi (high order thinking).
Ciri-ciri lain dari keterampilan berpikir kritis menurut Schfersman (dalam Aryati, 2008) baik dalam konteks pengetahuan, kemampuan, sikap, maupun konteks kebiasaan perilaku adalah: (1) menggunakan bukti atau fakta secara terampil dan berimbang; (2) mengorganisasi ide dan mengartikulasikannya secara ringkas dan koheren; (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logika, valid, dan invalid; (4) meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang cukup guna pengambilan keputusan; (5) memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi; (6) berusaha mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi dan tindakan alternatif; (7) melihat kesamaan dan analogi secara mendalam; (8) mampu belajar secara mandiri; (9) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam domain lain dari yang telah dipelajari; (10) dapat menyusun representasi masalah dari informasi yang serupa dengan cara teknik formal; (11) sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan; (12) sadar terhadap fakta bahwa pemahaman itu memiliki keterbatasan; dan (13) mengakui kekeliruan opini pribadi, dan menyadari kemungkinan opini yang bias
Komponen dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Adapun komponen dan indikator-indikator dari setiap komponen berpikir kritis menurut Ennis (1985) dapat disajikan seperti dalam Tabel dibawah.
Komponen
dan Indikator dari Keterampilan Berpikir Kritis
No
|
Komponen
Keterampilan Berpikir Kritis
|
Indikator
|
1
|
Merumuskan masalah
|
Memformulasikan pertanyaan yang
mengarahkan investigasi
|
2
|
Memberikan argumen
|
Argumen sesuai dengan kebutuhan
|
Menunjukkan persamaan dan
perbedaan
|
||
Argumen yang utuh
|
||
3
|
Melakukan deduksi
|
Mendeduksi secara logis
|
Menginterpretasi secara tepat
|
||
4
|
Melakukan induksi
|
Melakukan investigasi
pengumpulan data
|
Menganalisis data
|
||
Membuat generalisasi
|
||
Menarik kesimpulan
|
||
5
|
Melakukan evaluasi
|
Mengevaluasi berdasarkan fakta
|
Memberikan alternatif lain
|
||
6
|
Mengambil keputusan dan tindakan
|
Menentukan jalan keluar
|
Memilih kemungkinan yang akan
dilaksanakan
|
Berdasarkan Tabel dibawah, tampak bahwa keterampilan berpikir kritis dapat dikaitkan dengan aktivitas merumuskan masalah, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi dan mengambil keputusan serta melaksanakannya.
Sedangkan proses dan deskripsi serta indikator dalam berpikir kritis menurut Murphy (dalam Aryati, 2008) dapat dilihat pada Tabel berikut.
Proses dan Tahap serta Indikator dalam Berpikir Kritis
Proses
|
Deskripsi
|
Indikator
|
Pengenalan
|
Pengenalan atau
identifikasi terhadap isu, dilema,
masalah dan lain-lain.
|
§ Pengenalan, identifikasi atau memusatkan
pada isu, dilema, masalah, kebingungan atau kegelisahan yang menuntut
penyelidikan dan klarifikasi lebih lanjut.
|
Pemahaman
|
Menyelidiki
bukti yang terkait dengan isu, pengetahuan, penelitian, dan informasi serta
perspektif.
|
§ Mengelidiki dan mengidentifikasi apa
yang berkaitan dengan isu, dilema, masalah dan lain-lain.
§ Menempatkan pengetahuan, kesimpulan yang
sebelumnya diterima, atau bukti-bukti dari sumber lain sebagai latar belakang
informasi.
§ Menempatkan alternatif perspektif atau bukti pada isu, dilema, masalah, dan
lain-lain.
§ Melakukan observasi
§ Mengklarifikasi atau menilai sifat alami
dari isu, dilema dan masalah.
§ Tanya jawab, saling bertukar informasi.
|
Analisis
|
Pencarian
klarifikasi secara mendalam, mengorganisasi pengetahuan yang dikenal,
mengidentifikasi pengetahuan yang tidak dikenal, dan menganalisis komponen
dasar pada isu, dilema, ataupun masalah yang dihadapi.
|
§ Mulai dengan cara baru dalam berpikir
dan bertindak.
§ Mengkategorikan dan
mengelompokkan bukti, informasi, pengetahuan atau perspektif.
§ Membedakan persamaan dan
perbedaan alternatif perspektif atau bukti pada isu, dilema atau masalah.
§ Menginterpretasikan dan
menjelaskan isu, dilema atau masalah.
§ Merinci isu, dilema atau masalah ke dalam
bagian utama.
§ Mengidentifikasi dan mengisi kekosongan
informasi, pengetahuan dan menghakiminya dengan menggunakan pemikiran
sendiri.
|
Evaluasi
|
Mengkritisi
dan memutuskan informasi, pengetahuan atau perspektif
|
§ Menghakimi validitas, nilai, informasi
yang relevan, pengetahuan dan sumber.
§ Mengkritisi perspektif dan
asumsi.
§ Mendeteksi ketidakkonsistenan, dan
pemikiran yang keliru.
§ Pembuatan definisi.
§ Menggunakan bukti untuk mendukung argumen.
§ Mempertahankan atau menolak
bukti, informasi, pengetahuan atau perspektif.
|
Penciptaan/sintesis
|
Memproduksi
pengetahuan baru, perspektif atau strategi dalam menerapkannya
|
§ Menerapkan atau melaksanakan
strategi.
§ Menerapkan solusi, keputusan dan
kesimpulan.
§ Membangun, menciptakan, menemukan dan
memikirkan perspektif atau pengetahuan baru.
§ Membangkitkan hipotesis dan
perspektif alternatif.
§ Bertindak pada solusi, keputusan
dan kesimpulan.
§ Pelaksanaan atau perubahan terhadap
penerapan atau rencana.
|
Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Beberapa Ahli
Reviewed by Sastra Project
on
January 24, 2013
Rating:
No comments:
Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini