Belajar merupakan proses kontruksi kognitif yang dialami siswa. Proses belajar harus menekankan pada proses penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, refleksi, dan interpretasi. Pembelajaran IPA yang dirancang haruslah menyediakan pengetahuan yang essensial untuk mengembangkan pemahaman ilmiah tentang realitas alam (yang bersifat kontekstual). Salah satu model pembelajaran IPA yang telah dikembangkan untuk mencapai hasil belajar tersebut yaitu model pembelajaran Aktif-Reflektif. Model pembelajaran Aktif-Reflektif menggabungkan kegiatan belajar aktif dan reflektif. Secara pedagogis pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang tidak hanya mendengarkan dan mencatat.
Pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan. Pembelajaran aktif mendasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah pencarian secara aktif pengetahuan dan setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Sedangkan pembelajaran reflektif memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan analisis atau pengalaman individual yang dialami dan memfasilitasi pembelajaran dari pengalaman tersebut. Pembelajaran reflektif mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif, mempertanyakan sikap, dan mendorong kemandirian pembelajar. Pembelajaran reflektif melihat proses belajar adalah produk dari berpikir dan berpikir adalah produk dari sebuah proses belajar (Wibowo 2007).
Proses belajar dengan model pembelajaran Aktif-Reflektif menekankan pada kegiatan aktif siswa. Pembelajaran aktif pada dasarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong menyimpulkan dan merefleksikan pemahaman (Ramdani, 2008). Pada dasarnya proses belajar aktif mengarahkan siswa dalam kegiatan membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam memecahkan masalah. Siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan belajar aktif diartikan sebagai instruksi kegiatan yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka kerjakan. The students become involved in acquiring information and interpreting or transforming it.Siswa dilibatkan dalam proses pengumpulan informasi dan mengkonstruksikannya sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan However, Bonwell and Eison (5) state "...that students must do more than just listen: They must read, write, discuss, or be engaged in solving problems. Most important, to be actively involved, students must engage in such higher-order thinking tasks as analysis, synthesis, and evaluation. Within this context, it is proposed that strategies promoting active learning be defined as instructional activities involving students in doing things and thinking about what they are doing."( Seeler et al, 2004).
Proses belajar dengan model pembelajaran Aktif-Reflektif adalah sebuah proses dimana siswa mengambil tanggung jawab diri dan diberikan kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai kegiatan belajar yang dilakukan. Kegiatan belajar siswa merupakan transformasi pribadi dalam proses belajarnya. Siswa dipersiapkan untuk menghadapi masalah nyata di lingkungan mereka dan mampu memecahkan masalah sesuai solusi yang didapatkan dari pengalaman belajar (& , 2007).
Belajar aktif disertai dengan kegiatan reflektif akan lebih optimal dalam meningkatkan pemahaman siswa (Wibowo, 2007). Kegiatan reflektif sama halnya dengan introspeksi diri dimana siswa tidak hanya berdialog dengan diri-sendiri, yang dikatakan sebagai prilaku ”metakognitif”. Prilaku metakognitif adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita ketahui dan memikirkan bagaimana kita berpikir tentang sesuatu hal. Kegiatan refleksi memberikan kesempatan kepada siswa untuk sadar akan langkah dan strategi yang diambil selama belajar adalam memecahkan masalah (Rose & Nicholl, 2002).
Menurut Fink (1999) diperlukan suatu pengkonstruksian pemahaman siswa setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Berdialog dengan diri sendiri adalah proses di mana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Siswa bertanya pada diri sendiri mengenai apa yang di pikirkan sehingga siswa akan mampu mengkonstruksi pemahaman mereka secara mandiri. Selain berdialog dengan diri sendiri dalam pembelajaran reflektif juga diupayakan berdialog dengan orang lain. Berdialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran konvensional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis dalam diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari. Selama proses berdiskusi siswa akan melakukan aktivitas belajar dengan berbuat sesuatu, seperti mendiskusikan praktikum dan mengkritik argumen teman. Kemudian hasil kegiatan tersebut akan disusun menjadi pengetahuan yang baru pada struktur kognitifnya.
Williams (2005) menyatakan kegiatan merefleksikan pengalaman belajar tergolong kedalam kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal ini adalah kemampuan mengetahui diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas kehidupan dan proses belajar. Para siswa dengan ketrampilan intrapersonal yang kuat mengenali berbagai kekuatan dan keterbatasan mereka dan menantang diri mereka sendiri supaya bisa menjadi jauh lebih baik. Siswa jenis ini berorientasi pada tujuan reflektif dan melihat kesuksesannya sebagai hasil langsung dari perencanaan, usaha, dan ketekunannya sendiri. Siswa dengan kecerdasan intrapersonal memerlukan waktu belajar bebas untuk melakukan refleksi, visualisasi, relaksasi, dan menemukan diri sendiri (Breyfogle, 2005). Kegiatan reflektif akan lebih efektif jika siswa di arahkan membuat tugas mingguan yang dapat merefleksikan dirinya sendiri selama kegiatan belajar. Seringnya menulis tugas menyebabkan pemahaman konsep yang siswa dapatkan lebih banyak dari pada yang tidak pernah menulis tugas sebagai sumber refleksi diri mereka sendiri. Kegiatan aktif yang disertai reflektif sangat membantu para guru dalam melihat perkembangan siswa dan melihat permasalahan yang siswa miliki selama kegiatan belajar berlangsung. Pada dasarnya kemampuan siswa di kelas tertentu akan heterogen. Kemampuan siswa yang heterogen tersebut dikarenakan cara belajar dan berpikir siswa satu dan yang lain berbeda dari segi pemahamannya. Berdasarkan hal tersebut kegiatan Refleksi perlu dilaksanakan dalam pembelajaran agar siswa mampu mengungkapkan apa yang dialami serta bisa menuliskan apa yang mereka ketahui dan memahami apa yang mereka lakukan (Swindell & Watson, 2006).
Pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan. Pembelajaran aktif mendasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah pencarian secara aktif pengetahuan dan setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Sedangkan pembelajaran reflektif memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan analisis atau pengalaman individual yang dialami dan memfasilitasi pembelajaran dari pengalaman tersebut. Pembelajaran reflektif mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif, mempertanyakan sikap, dan mendorong kemandirian pembelajar. Pembelajaran reflektif melihat proses belajar adalah produk dari berpikir dan berpikir adalah produk dari sebuah proses belajar (Wibowo 2007).
Proses belajar dengan model pembelajaran Aktif-Reflektif menekankan pada kegiatan aktif siswa. Pembelajaran aktif pada dasarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong menyimpulkan dan merefleksikan pemahaman (Ramdani, 2008). Pada dasarnya proses belajar aktif mengarahkan siswa dalam kegiatan membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam memecahkan masalah. Siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan belajar aktif diartikan sebagai instruksi kegiatan yang melibatkan siswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka kerjakan. The students become involved in acquiring information and interpreting or transforming it.Siswa dilibatkan dalam proses pengumpulan informasi dan mengkonstruksikannya sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan However, Bonwell and Eison (5) state "...that students must do more than just listen: They must read, write, discuss, or be engaged in solving problems. Most important, to be actively involved, students must engage in such higher-order thinking tasks as analysis, synthesis, and evaluation. Within this context, it is proposed that strategies promoting active learning be defined as instructional activities involving students in doing things and thinking about what they are doing."( Seeler et al, 2004).
Proses belajar dengan model pembelajaran Aktif-Reflektif adalah sebuah proses dimana siswa mengambil tanggung jawab diri dan diberikan kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai kegiatan belajar yang dilakukan. Kegiatan belajar siswa merupakan transformasi pribadi dalam proses belajarnya. Siswa dipersiapkan untuk menghadapi masalah nyata di lingkungan mereka dan mampu memecahkan masalah sesuai solusi yang didapatkan dari pengalaman belajar (& , 2007).
Belajar aktif disertai dengan kegiatan reflektif akan lebih optimal dalam meningkatkan pemahaman siswa (Wibowo, 2007). Kegiatan reflektif sama halnya dengan introspeksi diri dimana siswa tidak hanya berdialog dengan diri-sendiri, yang dikatakan sebagai prilaku ”metakognitif”. Prilaku metakognitif adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang kita ketahui dan memikirkan bagaimana kita berpikir tentang sesuatu hal. Kegiatan refleksi memberikan kesempatan kepada siswa untuk sadar akan langkah dan strategi yang diambil selama belajar adalam memecahkan masalah (Rose & Nicholl, 2002).
Menurut Fink (1999) diperlukan suatu pengkonstruksian pemahaman siswa setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Berdialog dengan diri sendiri adalah proses di mana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Siswa bertanya pada diri sendiri mengenai apa yang di pikirkan sehingga siswa akan mampu mengkonstruksi pemahaman mereka secara mandiri. Selain berdialog dengan diri sendiri dalam pembelajaran reflektif juga diupayakan berdialog dengan orang lain. Berdialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran konvensional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis dalam diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari. Selama proses berdiskusi siswa akan melakukan aktivitas belajar dengan berbuat sesuatu, seperti mendiskusikan praktikum dan mengkritik argumen teman. Kemudian hasil kegiatan tersebut akan disusun menjadi pengetahuan yang baru pada struktur kognitifnya.
Williams (2005) menyatakan kegiatan merefleksikan pengalaman belajar tergolong kedalam kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal ini adalah kemampuan mengetahui diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas kehidupan dan proses belajar. Para siswa dengan ketrampilan intrapersonal yang kuat mengenali berbagai kekuatan dan keterbatasan mereka dan menantang diri mereka sendiri supaya bisa menjadi jauh lebih baik. Siswa jenis ini berorientasi pada tujuan reflektif dan melihat kesuksesannya sebagai hasil langsung dari perencanaan, usaha, dan ketekunannya sendiri. Siswa dengan kecerdasan intrapersonal memerlukan waktu belajar bebas untuk melakukan refleksi, visualisasi, relaksasi, dan menemukan diri sendiri (Breyfogle, 2005). Kegiatan reflektif akan lebih efektif jika siswa di arahkan membuat tugas mingguan yang dapat merefleksikan dirinya sendiri selama kegiatan belajar. Seringnya menulis tugas menyebabkan pemahaman konsep yang siswa dapatkan lebih banyak dari pada yang tidak pernah menulis tugas sebagai sumber refleksi diri mereka sendiri. Kegiatan aktif yang disertai reflektif sangat membantu para guru dalam melihat perkembangan siswa dan melihat permasalahan yang siswa miliki selama kegiatan belajar berlangsung. Pada dasarnya kemampuan siswa di kelas tertentu akan heterogen. Kemampuan siswa yang heterogen tersebut dikarenakan cara belajar dan berpikir siswa satu dan yang lain berbeda dari segi pemahamannya. Berdasarkan hal tersebut kegiatan Refleksi perlu dilaksanakan dalam pembelajaran agar siswa mampu mengungkapkan apa yang dialami serta bisa menuliskan apa yang mereka ketahui dan memahami apa yang mereka lakukan (Swindell & Watson, 2006).
Klik "Show" Untuk Melihat referensi
Model Pembelajaran Aktif-Reflektif
Reviewed by Sastra Project
on
January 24, 2013
Rating:
minta judul buku tentang model aktif relektif
ReplyDeleteWilliams, E. 2005. Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar-Mengajar yang Tepat dan Menyeluruh Untuk Ruang Kelas dengan Kecerdasan Beragam. Bandung: Nuansa.
ReplyDelete
ReplyDeleteThank you, your article is very good
viagra asli
cialis asli
viagra jakarta
viagra asli jakarta
toko viagra jakarta
jual viagra jakarta
agen viagra jakarta
toko viagra asli
jual viagra asli
jual viagra
toko viagra
agen viagra
cialis jakarta
cialis asli jakarta
titan gel asli
titan gel jakarta
titan gel asli jakarta
viagra cod jakarta
obat viagra jakarta
obat viagra asli
viagra usa
viagra original
obat viagra
obat kuat viagra
jual cialis
toko cialis
obat cialis
obat cialis asli
obat kuat cialis
obat cialis jakarta
toko cialis jakarta
jual cialis jakarta
agen cialis jakarta
toko titan gel
jual titan gel
vitamale asli
permen soloco asli
maxman asli
vimax asli
viagra
titan gel
hammer of thor
hammer of thor asli
hammer of thor jakarta
hammer of thor asli jakarta