Self Directed Learning (SDL) adalah suatu model di mana antara proses dan kontrol siswa memiliki kaitan dan interaksi yang sangat erat satu sama lainnya. SDL digambarkan sebagai suatu proses di mana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam mendiagnosis apa yang diperlukan dalam pembelajarannya, merumuskan target belajar, mengidentifikasi manusia dan sumber daya material untuk belajar, memilih dan mengimplemetasikan sesuai dengan strategi pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Menurut Knowles (dalam Zulharman, 2008), SDL didefinisikan sebagai sesuatu proses di mana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi
sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Ricard (2007) mendefinisikan SDL adalah proses di mana siswa dilibatkan dalam mengidentifikasi apa yang perlu untuk dipelajari dan menjadi pemegang kendali dalam menemukan dan mengorganisir jawaban. Hal ini berbeda dengan belajar sendiri di mana guru masih boleh menyediakan dan mengorganisir material pendidikan, tetapi siswa belajar sendiri atau berkelompok tanpa kehadiran guru. Selain itu Merriam dan Caffarela (dalam Zulharman, 2008) menyatakan SDL sebagai suatu metode belajar di mana pelajar mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, pelaksanakan dan penilaian hasil belajar.
Beberapa kerangka kerja menggambarkan SDL sebagai proses memusatkan pada otonomi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kerangka kerja yang lain menekankan pada atribut pribadi, memusatkan pada kemampuan siswa dalam mengatur proses pembelajaran. Tingkatan yang dibutuhkan dalam self-direction dapat berubah dalam konteks yang berbeda (Song & Hill, 2007).
Secara sederhana, proses dalam SDL dinyatakan sebagai kumpulan tindakan yang sistematis dengan tujuan tertentu. Proses dari SDL mencakup apa yang diinginkan dari pembelajaran (individual learning needs), karakteristik belajar (individual learning characteristics), dan aktivitas belajar mandiri (self-directed learning activities) untuk mencapai learning satisfaction (Read, 2000). Dalam kajian SDL, pelajar harus mengerti proses dalam istilah antara lain: a) proses ditemukan oleh dirinya, baik dalam lingkup formal maupun informal serta di bawah kendalinya, b) proses pendidikan secara keseluruhan tidak semata-mata di bawah kendalinya, c) hubungan antara dirinya sebagai pelajar dengan seting dan sumber belajar selama proses belajar bersifat kompleks (Ricard, 2007). Brockett dan Hiemstra (dalam Ricard, 2007) menunjukkan self-direction pada remaja adalah proses belajar dengan fase yang spesifik dan dibagi menjadi dua dimensi yang saling berhubungan. Pertama, suatu proses di mana pelajar diasumsikan memiliki kewenangan utama dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi proses belajar. Kedua, proses pembelajaran yang mengarah ke pelajar yang mandiri (learner self-direction).
Salah satu elemen dalam proses pembelajaran yang dapat menggambarkan dengan baik perkembangan pembelajaran adalah aktifitas belajar (Ricard, 2007). Keterlibatan perkembangan merupakan suatu bentuk keterlibatan individu terutama pelajar dan fasilitatornya. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan kemampuan partisipan dalam memperoleh pengalaman belajar. Pengetahuan mencakup apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran, informasi yang dibutuhkan serta pembelajaran yang lain yang terkait dengan pembelajaran yang dilakukan. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam proses SDL sangat penting di mana dimasukkan ke dalam bagian komponen proses pembelajaran. Sikap yang baik ataupun buruk akan memberikan hasil yang sesuai bagi kelangsungan proses pendidikan. Kesuksesan partisipan tidak hanya dilihat dari perspektif apa yang dipercaya, dirasakan dan diketahui tetapi juga apa yang dapat mereka lakukan atau dengan kata lain kesuksesan dalam pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan atau skill yang dimiliki oleh partisipan baik pelajar dan fasilitatornya.
Secara garis besar, proses pembelajaran dalam SDL dibagi menjadi tiga yaitu planning, monitoring, dan evaluating (Song & Hill, 2007). Pada tahap perencanaan (planning), siswa merencanakan aktivitas pada tempat dan waktu di mana siswa merasa nyaman untuk belajar. Siswa juga merencanakan komponen belajar yang diinginkan serta menentukan target belajar yang ingin dicapai. Pada tahap monitoring, siswa mengamati dan mengobservasi pembelajaran mereka. Banyak tantangan belajar yang dapat ditemukan oleh siswa ketika siswa memonitor pelajaran mereka sehingga akan menjadikan proses belajar yang lebih bermakna. Dalam tahap evaluasi, siswa mengevaluasi pelajaran dan pengetahuan yang dimiliki kemudian guru memberikan umpan balik serta mengkolaborasikan pengetahuan siswa yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu pemahaman yang benar. Guru tidak dapat mengevaluasi siswa secara langsung karena keragaman dari proses belajar masing-masing siswa. Guru membutuhkan waktu untuk menyiapkan evaluasi dan umpan balik bagi masing-masing siswa. Di samping juga karena ketidakpastian siswa dalam mengevaluasi pelajaran mereka sendiri dan pengetahuan yang dianut. Oleh karena itu dalam SDL, proses pembelajaran bersifat fleksibel namun tetap berorientasi pada planning, monitoring, dan evaluating bergantung pada kemampuan siswa dalam mengelola pembelajaran sesuai otonomi yang dimilikinya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Mok dan Lung (Mok, 2005) ditemukan tiga fenomena utama dalam pembelajaran mandiri (self-directed) yaitu manajemen sumber, melihat perlunya bantuan, dan kontrol pelajar. SDL menuntut pelajar untuk dapat memanajemen sumber-sumber belajar yang ada sesuai dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran. Dengan SDL maka pelajar akan berusaha keras memecahkan masalahnya, jika dapat proses ini terjadi kebuntuan maka pelajar dapat bertanya kepada teman sebaya atau pengajar kemudian mengekplorasi dan menginvestigasi solusi dan perspektif lain yang diterima.
Menurut Hiemstra (dalam Sunarto, 2008), langkah-langkah pembelajaran SDL terbagi menjadi 6 langkah yaitu:
(1) preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran)
(2) menciptakan lingkungan belajar yang positif
(3) mengembangkan rencana pembelajaran
(4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai
(5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring (6) mengevaluasi hasil belajar individu.
sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Ricard (2007) mendefinisikan SDL adalah proses di mana siswa dilibatkan dalam mengidentifikasi apa yang perlu untuk dipelajari dan menjadi pemegang kendali dalam menemukan dan mengorganisir jawaban. Hal ini berbeda dengan belajar sendiri di mana guru masih boleh menyediakan dan mengorganisir material pendidikan, tetapi siswa belajar sendiri atau berkelompok tanpa kehadiran guru. Selain itu Merriam dan Caffarela (dalam Zulharman, 2008) menyatakan SDL sebagai suatu metode belajar di mana pelajar mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, pelaksanakan dan penilaian hasil belajar.
Beberapa kerangka kerja menggambarkan SDL sebagai proses memusatkan pada otonomi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kerangka kerja yang lain menekankan pada atribut pribadi, memusatkan pada kemampuan siswa dalam mengatur proses pembelajaran. Tingkatan yang dibutuhkan dalam self-direction dapat berubah dalam konteks yang berbeda (Song & Hill, 2007).
Secara sederhana, proses dalam SDL dinyatakan sebagai kumpulan tindakan yang sistematis dengan tujuan tertentu. Proses dari SDL mencakup apa yang diinginkan dari pembelajaran (individual learning needs), karakteristik belajar (individual learning characteristics), dan aktivitas belajar mandiri (self-directed learning activities) untuk mencapai learning satisfaction (Read, 2000). Dalam kajian SDL, pelajar harus mengerti proses dalam istilah antara lain: a) proses ditemukan oleh dirinya, baik dalam lingkup formal maupun informal serta di bawah kendalinya, b) proses pendidikan secara keseluruhan tidak semata-mata di bawah kendalinya, c) hubungan antara dirinya sebagai pelajar dengan seting dan sumber belajar selama proses belajar bersifat kompleks (Ricard, 2007). Brockett dan Hiemstra (dalam Ricard, 2007) menunjukkan self-direction pada remaja adalah proses belajar dengan fase yang spesifik dan dibagi menjadi dua dimensi yang saling berhubungan. Pertama, suatu proses di mana pelajar diasumsikan memiliki kewenangan utama dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi proses belajar. Kedua, proses pembelajaran yang mengarah ke pelajar yang mandiri (learner self-direction).
Salah satu elemen dalam proses pembelajaran yang dapat menggambarkan dengan baik perkembangan pembelajaran adalah aktifitas belajar (Ricard, 2007). Keterlibatan perkembangan merupakan suatu bentuk keterlibatan individu terutama pelajar dan fasilitatornya. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan kemampuan partisipan dalam memperoleh pengalaman belajar. Pengetahuan mencakup apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran, informasi yang dibutuhkan serta pembelajaran yang lain yang terkait dengan pembelajaran yang dilakukan. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam proses SDL sangat penting di mana dimasukkan ke dalam bagian komponen proses pembelajaran. Sikap yang baik ataupun buruk akan memberikan hasil yang sesuai bagi kelangsungan proses pendidikan. Kesuksesan partisipan tidak hanya dilihat dari perspektif apa yang dipercaya, dirasakan dan diketahui tetapi juga apa yang dapat mereka lakukan atau dengan kata lain kesuksesan dalam pembelajaran juga ditentukan oleh kemampuan atau skill yang dimiliki oleh partisipan baik pelajar dan fasilitatornya.
Secara garis besar, proses pembelajaran dalam SDL dibagi menjadi tiga yaitu planning, monitoring, dan evaluating (Song & Hill, 2007). Pada tahap perencanaan (planning), siswa merencanakan aktivitas pada tempat dan waktu di mana siswa merasa nyaman untuk belajar. Siswa juga merencanakan komponen belajar yang diinginkan serta menentukan target belajar yang ingin dicapai. Pada tahap monitoring, siswa mengamati dan mengobservasi pembelajaran mereka. Banyak tantangan belajar yang dapat ditemukan oleh siswa ketika siswa memonitor pelajaran mereka sehingga akan menjadikan proses belajar yang lebih bermakna. Dalam tahap evaluasi, siswa mengevaluasi pelajaran dan pengetahuan yang dimiliki kemudian guru memberikan umpan balik serta mengkolaborasikan pengetahuan siswa yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu pemahaman yang benar. Guru tidak dapat mengevaluasi siswa secara langsung karena keragaman dari proses belajar masing-masing siswa. Guru membutuhkan waktu untuk menyiapkan evaluasi dan umpan balik bagi masing-masing siswa. Di samping juga karena ketidakpastian siswa dalam mengevaluasi pelajaran mereka sendiri dan pengetahuan yang dianut. Oleh karena itu dalam SDL, proses pembelajaran bersifat fleksibel namun tetap berorientasi pada planning, monitoring, dan evaluating bergantung pada kemampuan siswa dalam mengelola pembelajaran sesuai otonomi yang dimilikinya.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Mok dan Lung (Mok, 2005) ditemukan tiga fenomena utama dalam pembelajaran mandiri (self-directed) yaitu manajemen sumber, melihat perlunya bantuan, dan kontrol pelajar. SDL menuntut pelajar untuk dapat memanajemen sumber-sumber belajar yang ada sesuai dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran. Dengan SDL maka pelajar akan berusaha keras memecahkan masalahnya, jika dapat proses ini terjadi kebuntuan maka pelajar dapat bertanya kepada teman sebaya atau pengajar kemudian mengekplorasi dan menginvestigasi solusi dan perspektif lain yang diterima.
Menurut Hiemstra (dalam Sunarto, 2008), langkah-langkah pembelajaran SDL terbagi menjadi 6 langkah yaitu:
(1) preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran)
(2) menciptakan lingkungan belajar yang positif
(3) mengembangkan rencana pembelajaran
(4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai
(5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring (6) mengevaluasi hasil belajar individu.
Model Pembelajaran Inovatif - Self Directed Learning (SDL)
Reviewed by Sastra Project
on
January 03, 2013
Rating:
No comments:
Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini