Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Arends, Jigsaw merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif, yang terdiri dari tim-tim belajar hetrogen beranggotakan 4-5 orang siswa. Materi akademis disajikan pada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada tim yang lain. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan produk perspektif psikologi sosial (Santyasa, 2008). Konsep kunci pendekatan tersebut adalah positif interdependent, yang memperhatikan persepsi tentang bagaimana mempengaruhi dan dipengaruhi. Ide ini bermula dari pikiran Deutsch yang menemukan bahwa positif
interdependent mangarahkan penampilan superior. Johnson telah memperluas pendekatan ini dengan (1) mengembangkan cara-cara mendorong positif interdependent, (2) mengusut struktur-struktur pembelajaran kooperatif dalam beberapa seting, (3) mendiseminasikan konsep-konsep tersebut pada para guru. Sistem johnson memiliki lima unsur kunci, antara lain (1) positif interdependent, (2) individual accountability, (3) face to face interaction, (4) teaching collaborative skills, dan (5) processing group interaction.

Jigsaw mempunyai enam tahap pembelajaran, yaitu pada tahap pertama adalah pembentukan kelompok, dimana dibentuk kelompok yang terdiri dari maksimal 4 siswa dengan keterampilan, gaya belajar, ras yang berbeda. Bagian permasalahan/materi yang akan dibahas, jumlahnya harus disepakati dengan jumlah anggota kelompok. Masing-masing bagian topik harus diberikan penomeran. Masing-masing siswa diberikan tugas untuk mempelajari bagian materi yang telah ditetapkan dengan memberikan waktu untuk membaca dan menyelidiki materi yang ditugaskan. Tahap kedua membentuk “kelompok ahli”, dimana masing-masing kelompok ahli terfokus untuk mempelajari suatu materi. Para siswa harus membaca dan meringkas materi yang dipelajari dan juga merencanakan bagaimana cara mengajarkan materi yang ditugaskan kepada siswa yang lain dalam kelompok awal mereka sendiri. Tahap ketiga memiliki sasaran pada mempraktekkan bagaimana cara mengajarkan materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli. Siswa yang lain mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan sehingga terjadi peningkatan dalam belajar. Kegiatan mengajarkan materi ini dilakukan secara bergilir sampai seluruh materi habis untuk diajarkan. Jigsaw Tahap keempat yaitu melibatkan pekerjaan dengan pedoman kooperatif. Tujuan dari kerjasama ini adalah agar seluruh siswa mengetahui semua bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Para siswa harus siap untuk belajar dan mengajar, saat siswa bekerja, guru bertugas untuk mengamati seluruh kelompok dan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pada tahap akhir, para siswa harus dievaluasi dengan menggunakan suatu tes yang sifatnya individu (perorangan) yang mencakup seluruh topik yang dibahas (Gallardo et al., 2003).

Slavin (1995) mengemukakan lima langkah atau tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut.

T'ahap 1 : Membaca
Siswa dikelompokkan menjadi kelompol; dasar/ asal. Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan topik yang berbeda untuk mereka pelajari.

Tahap 2 : Diskusi kelompok ahli
Siswa mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.

Tahap 3 : Laporan kelompok
Siswa kembali ke kelompok dasar/asal dan akan menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli.

Tahap 4 : Tes
Siswa diberikan tes yang meliputi matode semua topik

Tahap 5: Penghargaan kelompok.
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah mengarahkan diskusi, baik pada kelompok ahli maupun nantinya pada kelompok dasar/asal. Ini penting sebab siswa mempelajari materi bukan seperti metode ceramah, terjadi transfer ilmu dari guru ke siswa. Pada pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw siswalah yang aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Tentunya Siswa memerlukan arahan guru untuk mempelajari materi, terutama sekali materi-materi yang baru bagi siswa.

Ada tiga struktur pencapaian tujuan yaitu sebagai berikut.

1) Kooperatif, yaitu upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain.

2) Kompetitif, yaitu upaya-upaya yang berorientasi tujuan tiap individu membuat frustasi terhadap pencapalan tujuan individu lain.

3) Individualistik, yaitu upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan individu lain.

Teori-teori kognitif dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif. Teori perkembangan bertolak dari asumsi bahwa interaksi antar siswa dalam tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Sedangkan teori elaborasi kognitif bertolak dari asumsi apabila informasi harus ditinggalkan dalam memori dan terkait dengan informasi yang telah ada dalam memori tersebut, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur (elaborasi kognitif) atas suatu materi.

Pembelajaran kooperatif dengan pemberian tugas mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Pertama, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, penerimaan secara luas perbedaan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Ketiga, memberi peluang kepada siswa untuk belajar keterampilan-keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Dari ketiga tujuan pemberian tugas dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kognitif dan sosial siswa.
Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Reviewed by Sastra Project on March 19, 2013 Rating: 5

1 comment:

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.