Model Pembelajaran Interactive Conceptual Instruction (ICI)

Model pembelajaran interactive conceptual instruction (ICI) pertama kali dikembangkan oleh Savinainen dan Scott. Model pembelajaran interactive conceptual instruction (ICI) merupakan pendekatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri utama, yaitu berfokus pada penanaman konsep, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi kelas (diskusi) (Sriyanti, 2009).


Pendekatan ini merupakan gabungan berbagai pendekatan baru yang telah dikembangkan dan terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep fisika dibandingkan dengan pendekatan konvensional.
      Pengajaran interaktif tidaklah menghindari ceramah, tetapi ceramah cukup digunakan dan dikombinasikan dengan demonstrasi yang aktif (Sessoms, 2008). Pengajaran interaktif melibatkan guru dalam mengintegrasikan bentuk yang beragam dari media ke dalam pelajaran untuk mengembangkan partisipasi kognitif. Interaktif bisa memiliki banyak pengertian, misalnya ketika menggunakan situs internet tertentu, keinteraktifan mungkin berarti mengklik sebuah hubungan dan mengakses teks. Keinteraktifan juga berarti guru dan siswa menampilkan sebuah kegiatan fisik seperti menerjemahkan sebuah bentuk, menciptakan sebuah interaksi dengan proses kognitif, dan memfasilitasi pembangunan pengetahuan. Keinteraktifan berarti juga para guru dan siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran (Sessoms, 2008). Dengan kata lain, dalam pembelajaran interaktif berbasis konsep, siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu kebaikan model pembelajaran interaktif adalah siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan) (Suprayetkti, 2008). Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif belajar. Model pembelajaran interactive conceptual instruction (ICI) terdiri dari empat tahap, yaitu (1) berfokus pada konseptual (conceptual focus), (2) penggunaan buku teks secara efektif (use of textbook), (3) material berbasis penelitian (research based materials), dan (4) interaksi kelas (classroom interaction) (Savinainen, 2004). Keempat tahapan ini saling berkaitan dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Secara garis besar, tahap-tahap dalam model pembelajaran ICI disajikan pada Gambar di bawah


Gambar Tahap-tahap Model Pembelajaran ICI
Tahap pertama dalam model interactive conceptual instruction (ICI) adalah berfokus pada konseptual (conceptual focus). Pembelajaran dalam model ini dimulai dengan demonstrasi fenomena yang bertindak sebagai fokus pengamatan dan diskusi sampai ke pengenalan konsep-konsep relevan oleh guru (Santyasa et al., 2004). Pada model interactive conceptual instruction (ICI), conceptual focus diperoleh dengan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep, di mana ide-ide baru pertama-tama dikembangkan pada level konseptual dengan sedikit mungkin atau tanpa penggunaan matematik.
Tahap kedua melibatkan penggunaan buku teks (use of textbook) untuk mengkonstruksi pemahaman secara mendalam (Santyasa et al., 2004). Teks ajar fisika yang digunakan dalam pembelajaran dengan model ICI adalah teks ajar yang berfungsi sebagai refutational text (teks sangkalan). Refutational text ini berbeda dengan buku teks yang bersifat konvensional. Teks konvensional hanya menyajikan konsep dan prinsip, contoh-contoh, soal dan penyelesaiannya, dan soal-soal latihan. Prinsip refutational text adalah teks penolakan terhadap gagasan-gagasan siswa yang miskonsepsi, penuntun pengkonstruksian pemahaman konseptual siswa secara mendalam, dan penerapan pemahaman tersebut pada level kemampuan kognitif yang lebih tinggi (Santyasa et al., 2005). Refutational text ini menyajikan masalah, miskonsepsi, sangkalan, konsep dan prinsip, contoh-contoh kontekstual, dan pertanyaan-pertanyaan untuk memandu sikap positif, pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan keterampilan menggunakan pengetahuan secara bermakna.
Rancangan pembelajaran dalam refutational text bersifat recursive. Pembelajaran recursive bersifat dinamis dan fleksibel. Untuk melalui beberapa tahapan dalam proses recursive, siswa dapat melangkah balik ke tahapan sebelumnya atau melangkah maju ke beberapa tahapan berikutnya dalam proses itu sebagai akibat kemajuan yang dicapai terhadap tahapan pembelajaran tersebut (Wyat III & Looper, dalam Santyasa 2004b). Refutational text memiliki enam langkah yang bersifat recursive fleksibel (Santyasa, 2004b), yaitu (1) sajian masalah konseptual dan konstektual, (2) sajian miskonsepsi atau salah pemahaman yang secara umum terjadi terkait dengan masalah-masalah tersebut, (3) sajian sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, konfrontasi, dan contoh-contoh tandingan, (4) sajian konsep dan prinsip secara ilmiah, (5) sajian materi dan contoh-contoh konstektual, dan (6) sajian pertanyaan-pertanyaan untuk memandu pemerolehan kompetensi yang meliputi sikap positif terhadap belajar, perluasan pemahaman, kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan menggunakan pengetahuan secara bermakna. Refutational text ini digunakan untuk membantu siswa dalam berinteraksi dengan buku teks dan mendapatkan pemahaman dari buku teks.
 Tahap ketiga melibatkan penggunaan material berbasis penelitian (research based materials). Pada tahap ini siswa diberi kesempatan melakukan demonstrasi atau praktikum untuk membuktikan kebenaran konsep-konsep yang diajukan. Melalui demonstrasi atau praktikum ini akan memberikan sebuah kebenaran dari sebuah hipotesis yang telah diramalkan dan pendapat yang disampaikan oleh siswa. Selain itu, hasil demonstrasi atau praktikum ini juga dapat membenahi miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa terkait materi yang dibahas.
Tahap keempat dalam model ICI adalah melibatkan interaksi kelas (classroom interaction). Tahap ini didasari oleh premis bahwa pembuatan makna (meaning making) merupakan proses dialog antarkomunitas kelas untuk mengembangkan gagasan melalui proses berpikir (Santyasa et al., 2004). Pada proses interaksi ini siswa akan mendapatkan keberanian untuk mengemukakan argumentasinya dan sharing pengetahuan antarsesamanya. Proses pembelajaran yang interaktif akan menghindarkan siswa sebagai penerima pasif, tetapi akan menuntun siswa menjadi pebelajar yang aktif baik secara mental maupun fisik. Interaksi siswa dalam kelas dapat ditumbuhkan melalui kegiatan pembelajaran kooperatif. Slavin (1995) menyatakan bahwa belajar kooperatif dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai sukses bersama.

REFERENSI :

Santyasa, I W. 2004a. Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V pada tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya.
 Santyasa, I W. 2004b. Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remidiasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika pada siswa SMU. Disertasi (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana Program Studi Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang.
 Santyasa, I W. 2005a. Analisis butir dan konsistensi internal tes. Makalah. Disajikan dalam work shop bagi para pengawas dan Kepala Sekolah Dasar di kabupaten Tabanan pada tanggal 20-25 Oktober 2005 di Kediri Tabanan Bali.
 Santyasa, I W. 2005b. Pembelajaran inovatif dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Makalah. Disajikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se-Kabupaten Jembrana Juni–Juli 2005 di Jembrana. 
Savinainen, A. 2004. High school students’ conceptual coherence of qualitative knowledge in the case of the force concept. Disertasi (tidak diterbitkan). Tersedia pada http://joypub.joensuu.fi/publications/dissertations/savinai nencoherence/savinainen.pdf.
Sessoms, D. 2008. Interactive instruction: Creating interactive learning environment trough tomorrow’s teachers. International Journal of Technology in Teaching and Learning. 4(2), 86-96.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning: Theory, research, and practice. Second edition. Boston: Alyn and Bacon.
Sriyanti, I. 2009. Penerapan model pembelajaran interaktif berbasis konsep. Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah. 1(1). 23-26.
Suprayetkti. 2008. Penerapan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA di SD. Jurnal Teknodik. 7(1). 14-25.


SILAKAN BAGIKAN ARTIKEL INI MELALUI:
Model Pembelajaran Interactive Conceptual Instruction (ICI) Model Pembelajaran Interactive Conceptual Instruction (ICI) Reviewed by Sastra Project on July 13, 2016 Rating: 5

1 comment:

  1. Mau tanya ada kch perbedaan.a bwat kelebihan dan kekurangan dari pendekatan ICI ini sendiri di bandingkan dengan model lain.a.

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.