Model Pembelajaran Design Based Learning (DBL)

Model Design Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat membangun motivasi dengan melibatkan siswa di dalam mendesain proses pembelajaran. Pada proses ini siswa mengalami konstruksi konsep kognitif mereka sebagai hasil perancangan pembelajaran yang memiliki kualitas dan hasil belajar yang lebih baik (Doppelt et al., 2008). Model Design Based Learning menekankan para siswa bekerja secara kooperatif, dengan tujuan memperoleh kecakapan-kecakapan secara profesional, dan mampu mengintegrasikan aspek yang relevan dalam pendidikan (Delhoofen et al., 2000).
Pembelajaran yang didesain sedemikian rupa merupakan suatu pendekatan dalam gaya belajar yang positif. Gaya belajar seperti ini, membuat siswa ikut terlibat dalam mendesain pembelajaran. Selain itu, sebelum pembelajaran dimulai, siswa dihadapkan kepada suatu permasalahan dan permasalahan tersebut akan dipecahkan dengan memperhatikan pemahaman dan proses-proses pemikiran siswa. Design atau rancangan tugas yang diberikan kepada siswa dapat menciptakan suatu tantangan kepada para siswa untuk dipecahkan secara bersama (Mehalik et al., 2008).

Model Design Based Learning mempunyai beberapa keuggulan. Pertama, penerapan model ini mampu membantu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar karena pengetahuan yang dimiliki siswa akan diterapkan pada lingkungan pembelajaran yang didesain pada situasi secara nyata. Hal ini dapat membantu menuntun siswa dalam memahami konsep-konsep penting yang sering mereka jumpai dalam proses pembelajaran. Siswa akan termotivasi untuk belajar karena aplikasi yang jelas dari pengetahuan yang mereka miliki ke situasi kehidupan mereka sehari-hari akan mereka dapatkan dalam penerapan model pembelajaran ini (Doppelt et al., 2008).

Keunggulan kedua yaitu model Design Based Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut proses yang aktif, sehingga akan sangat bermanfaat pada cara belajar yang aktif (active learning) (Doppelt et al., 2008). Prinsip belajar siswa aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Prinsip belajar siswa aktif akan dapat mengembangkan keterampilan kognitif dan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang aktif akan terus berusaha mengungkap makna dan isi dalam suatu permasalahan yang dihadapi, dan biasanya tidak akan puas dengan jawaban yang belum terbukti kebenarannya. Sehingga dengan sendirinya siswa akan terlatih untuk terus menggali konsep-konsep yang mereka ingin dapatkan, dan mereka akan berusaha menerapkan konsep tersebut dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

Pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pada bidang pendidikan yang menempatkan para siswa sebagai pusat belajar (student centre) dan mampu mengenali variasi gaya belajar (Doppelt et al., 2008). Pembelajaran aktif mengubah peran guru yang semula sebagai penceramah menjadi seorang tutor, pemandu, dan partner dalam proses pembelajaran (Prince, 2004). Menurut Gadner (dalam Doppelt et al., 2008) pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran aktif merupakan pengetahuan yang bersifat membangun dengan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa sehingga pengetahuan ini bukan merupakan jenis pengetahuan yang dihasilkan dari menghafal ataupun sekedar mengerjakan pekerjaan rumah dari latihan yang ada di buku. Mendesain suatu aktivitas pembelajaran yang relevan dengan pengetahuan awal siswa merupakan suatu hal yang sangat penting, dan diharapkan mampu menimbulkan suatu pembelajaran yang penuh arti (Schwartz et al., 2006).

Keunggulan ketiga yaitu model Design Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas berkelompok, sehingga hal ini akan mempunyai keuntungan bagi pembelajaran kolaboratif (Doppelt et al., 2008). Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Doppelt (2007) menyatakan, bekerja secara berkelompok akan menghasilkan suatu variasi ide atau gagasan yang lebih baik dibandingkan dengan kerja individual. Lingkungan pembelajaran dalam kelompok dapat membantu para siswa mengembangkan keterampilan komunikasi antar pribadi mereka dan keterampilan presentasi. Tindakan-tindakan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Siswa dapat belajar tentang isi dan keterampilan dalam konteks design atau merancang sesuatu yang dianggap perlu untuk menemukan sendiri pemahaman yang ingin mereka gali saat guru memberikan pembelajaran. Misalnya dalam pelajaran fisika, siswa mempelajari gerak dan gaya dengan menghabiskan beberapa waktu untuk mendesain dan membangun suatu rancangan alat, misalnya sepeda sederhana kemudian mereka belajar sendiri dari alat yang mereka ciptakan itu untuk memahami konsep dan memecahkan masalah-masalah tentang gerak dan gaya. Doppelt et al. (2008) menyatakan bahwa enam langkah dalam penerapan model Design Based Learning, yaitu (1) menggambarkan dan mengidentifikasikan masalah dan tujuan (purpose), (2) mengumpulkan informasi (input), (3) memperkenalkan solusi alternative (solution), (4) memilih solusi yang sesuai atau optimal (choice), (5) merancang dan membangun suatu prototipe (operation), dan (6) evaluasi (evaluation). Pandangan yang serupa juga diungkapkan oleh Mehalik et al. (2008), di mana langkah penerapan pembelajaran dengan model Design Based Learning, meliputi: (1) analisis situasi, (2) identifikasi keperluan, (3) membangun kriteria, (4) alternatif umum, (5) memilih alternatif yang tepat, (6) membuat prototipe, (7) refleksi dan evaluasi.
Model Pembelajaran Design Based Learning (DBL) Model Pembelajaran Design Based Learning (DBL) Reviewed by Sastra Project on January 02, 2013 Rating: 5

1 comment:

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.