Model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction (ARIAS) merupakan sebuah model pembelajaran yang dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh John M. Keller dengan menambahkan komponen assessmet pada keempat komponen model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ARCS ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center for Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State University (Keller, 2006). Model Pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model
pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah Attention, Relevance, Confidence dan Satisfaction (ARCS). Keller & Suzuki (2004) menyatakan bahwa, dari keempat bagian tersebut dikembangkan menjadi beberapa langkah.
Namun demikian, pada model pembelajaran ini belum ada bagian assessment, padahal assessment merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Assessment yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Assessment dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco dalam Fajaroh & Dasna, 2007). Assessment yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya assessment, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen assessment pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat); relevance (relevansi); confidence (percaya); satisfaction (kepuasan), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Hal ini dimaksudkan agar dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Penggantian juga dilakukan pada kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata lain interest tidak hanya sekedar menarik minat siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannyapun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction (Sopah, 2008). Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menanamkan rasa yakin atau percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
Kelima komponen model pembelajaran ARIAS sekaligus juga merupakan langkah-langkah dalam model pembelajaran ARIAS. Adapun kelima komponen tersebut adalah sebgai berikut (Fajaroh & Dasna, 2007).
1. Assurance (Kepercayaan Diri)
Assurance ataupun kepercayaan diri merupakan komponen model pembelajaran ARIAS yang pertama. Komponen ini memiliki hubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Bandura (dalam Hodges, 2004) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja.
Sikap percaya, yakin, atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan. Prayitno (dalam Sopah, 2008) menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap percaya diri dan memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan baik, siswa terdorong untuk melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah sebagai berikut.
1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang yang telah berhasil. Dengan adanya ini, maka siswa akan bisa menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri.
2) Menggunakan suatu patokan atau standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa. Misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar. Dengan memberikan tugas secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya maka akan menanamkan rasa percaya diri pada siswa (Keller & Suzuki, 2004)
4) Memberi kesempatan kepada siswa secara mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
Selain itu, ada beberapa strategi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Adapun strategi tersebut menurut Keller (1998) adalah sebagai berikut.
1) Learning requirements
Bagian dari straregi ini adalah memadukan tujuan pembelajaran ke dalam pembelajaran, mengadakan evaluasi diri yang didasarkan pada hal apa yang menjadi tujuan belajar, serta menjelaskan kriteria penilaian kepada siswa.
2) Tingkat kesulitan
Hal yang termasuk dalam strategi ini adalah mengorganisir materi pelajaran secara berjenjang didasarkan pada tingkat kesulitannya.
3) Harapan
Bagiannya adalah memasukkan pernyataan bahwa bisa sukses dengan melakukan usaha tertentu, membantu siswa untuk mengembangkan rencana kerja yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang realistis.
4) Kepercayaan diri
Hal yang dilakukan dalam strategi ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara mandiri.
2. Relevance (Relevansi)
Komponen kedua dari model pembelajaran ARIAS adalah relevance. Relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Relevansi membuat siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, sasaran yang jelas, manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut (Sopah, 2008).
Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komponen relevansi ini adalah sebagai berikut.
1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (kongkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dan dapat menjembataninya ke hal-hal baru.
Strategi-strategi lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan aspek relevansi dalam proses belajar mengajar di dalam model ARIAS adalah sebagai berikut (Keller, 1998).
1) Pengalaman
Hal yang termasuk dalam stategi ini adalah memastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan didasarkan atas pengetahuan dan keahlian yang dimiliki siswa, menggunakan analogi yang umum untuk mengenalkan materi pembelajaran, serta mencari apa yang sedang diminati oleh siswa dan menghubungkannya dengan pembelajaran.
2) Manfaat langsung
Strategi ini dilakukan dengan menunjukkan manfaat langsung dari materi yang dipelajari saat ini dan juga menghubungkannya dengan manfaat di masa depan.
3) Kegunaan di masa depan
Bagian dari strategi ini adalah menunjukkan hubungan antara apa yang siswa pelajari saat ini dengan tujuan siswa dimasa depan.
4) Modelling
Strategi ini dapat dilakukan dengan membawa seorang alumni yang telah berhasil ke kelas dan menggunakan siswa yang pertama kali selesai mengerjakan tugas sebagai tutor untuk teman-temannya.
5) Pilihan
Hal yang termasuk dalam strategi ini adalah mengenalkan cara atau alternatif yang sangat penting untuk menyelesikan masalah pada siswa serta menggunakan pilihan pribadi siswa untuk mengorganisir sebuah tugas ataupun proyek.
3. Interest (Minat)
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS adalah interest. Interest ini berhubungan dengan minat. Menurut Woodruff, seperti dikutip oleh Callahan (dalam Sopah, 2008) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat. Keller (dalam Chang & Lehman, 2008) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk cara mengajar dan memfokuskan pada minat dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat mereka. Membangkitkan dan memelihara minat merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar adalah sebagai berikut.
1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, dan menampilkan sesuatu yang aneh yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak berdiskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi.
Suparno (1997) menyatakan bahwa, perlu diciptakan suasana yang membuat murid antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau memecahkan persoalannya. Hal ini dilakukan oleh guru dengan membantu siswa untuk berpikir. Untuk itu diperlukan strategi lain yang bisa menarik minat siswa. Strategi lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan perhatian siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Keller, 1998).
1) Menampilkan ketidakcocokan atau konflik, termasuk dalam strategi ini adalah menampilkan persoalan yang kelihatannya bertentangan dengan pengalaman siswa sehari-hari, menampilkan contoh yang kelihatannya tidak sesuai dengan contoh yang diberikan dalam materi yang ada di buku, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang hampir sama namun hanya satu diantaranya yang benar.
2) Kekongkritan, termasuk di dalamnya adalah menunjukkan tampilan visual dari objek yang dipelajari atau yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, memberikan contoh untuk setiap konsep atau prinsip penting dalam pembelajaran serta mengkaitkan materi yang dipelajari dengan materi lain yang masih relevan.
3) Variasi, termasuk di dalamnya adalah penggunaan variasi suara, gerak tubuh dalam menyampaikan materi, memvariasikan format belajar sesuai dengan perhatian dari siswa, memvariasikan media belajar yang dipakai, menampilkan materi dalam bentuk Tabel, data dan sebagainya, mengubah cara presentasi, serta melibatkan interaksi siswa dengan siswa.
4) Humor, termasuk di dalamya adalah mempergunakan humor jika siswa kelihatan tegang, pengenalan materi dengan menggunakan humor, menggunakan analogi yang menarik untuk menjelaskan sesuatu pada siswa.
5) Inkuiri, termasuk di dalamnya adalah menggunakan ide yang kreatif untuk menuntun siswa dalam membuat analogi dalam materi pelajaran, mengadakan aktivitas problem solving dalam kurun waktu tertentu secara reguler, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih topik atau masalah untuk tugas yang sesuai dengan keingintahuan siswa.
6) Partisipasi, termasuk di dalamnya adalah menggunakan game, presentasi, dan permainan yang melibatkan siswa.
4. Assessment
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Assessment merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru, assessment merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar (Fajaroh & Dasna, 2007).
Selain bagi guru, evaluasi juga bermanfaat bagi siswa. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai dan apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran. Assessment tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka.
Evaluasi diri ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
1) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
2) Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi terhadap teman.
5. Satisfaction (Kepuasan)
Satisfaction merupakan segala hal yang berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga atau puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Jadi reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa, sangatlah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Keller (dalam Cocea, 2006), berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri. Hal ini disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa bangga pada siswa adalah sebagai berikut.
1) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.
3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan.
Selain itu, strategi-strategi lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa bangga dan puas dari siswa adalah sebagai berikut (Keller, 1998).
1) Natural Consequences
Hal yang termasuk ke dalam strategi ini adalah membimbing siswa untuk menggunakan pengetahuan baru yang diperolehnya dalam kehidupan nyata, memberikan penguatan secara verbal kepada siswa ketika bisa menyelesaikan permasalahan yang cukup sulit, serta meminta siswa yang mengusai suatu materi untuk membimbing temannya yang tidak memahami materi tersebut.
2) Positif Outcome
Bagian yang termasuk dalam strategi ini adalah memberikan penghargaan secara verbal atas perkembangan pembelajaran yang dicapai siswa serta memberikan perhatian secara personal pada siswa.
3) Negatif Outcomes
Hal yang termasuk dalam strategi ini adalah menghindarkan kompetisi antar siswa sebagai kompetisi yang menjatuhkan serta menghindari perhatian siswa yang negatif.
4) Scheduling
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan penguatan secara teratur ketika siswa-siswa mempelajari materi baru serta memvariasikan penguatan yang digunakan dari segi jumlah dan waktu pemberiannya.
Dalam model pembelajaran ARIAS ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk membentuk proses belajar mengajar yang baik dan efektif. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (diadaptasi dari Keller dan Suzuki, 2004).
1) Jika seorang guru menangani sebuah kelas, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah tahapan persiapan materi. Persiapan materi merupakan langkah penting yang menentukan kualitas desain pembelajaran yang dibentuk. Selain itu, materi yang tersedia juga menentukan variasi pembelajaran yang bisa dibuat.
2) Tahapan yang kedua adalah menganalisis materi yang akan disiapkan atau disampaikan kepada siswa. Hal yang harus dilakukan dalam tahapan ini adalah menganalisis kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi pelajaran. Selain itu, yang harus dianalisis adalah identifikasi masalah yang mungkin akan muncul dari siswa.
3) Tahapan yang ketiga adalah merumuskan program penilaian yang cocok dengan siswa. Dalam hal ini siswa dilibatkan secara langsung untuk ikut menentukan proses penilaian yang akan dilaksanakan bersama.
4) Tahapan selanjutnya adalah mendaftar taktik atau strategi yang mungkin dilakukan untuk memancing motivasi siswa untuk belajar.
5) Tahapan kelima adalah memilih desain motivasi yang cocok dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Desain motivasi ini sangat diperlukan untuk memperlancar kegiatan di kelas untuk menggali minat siswa untuk belajar.
6) Tahapan yang keenam adalah mengintegrasikan taktik yang telah dipilih dengan pembelajaran . Model motivasi yang telah dipilih dimasukkan ke dalam rancangan kegiatan belajar mengajar.
7) Tahapan yang terakhir adalah mengevaluasi dan merevisi rencana belajar yang sudah dirancang, yang di dalamnya sudah terintegrasi model motivasi.
8) Setelah rencana belajar diselesaikan dengan baik, maka rencana belajar tersebut bisa digunakan di kelas. Jika tahapan-tahapan ini sudah terpenuhi, maka barulah materi pembelajaran yang sudah diintegrasikan dengan model motivasi dapat diterapkan di kelas. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, jika ada suatu kekurangan, evaluasi dan revisi bisa dilakukan kembali. Evaluasi dan revisi bisa berupa pengurangan strategi motivasi, penambahan strategi motivasi atau bahkan menggunakan strategi motivasi lain yang dianggap lebih cocok dengan materi tersebut
Silakan klik "Show/Hide" untuk melihat referensi
Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction)
Reviewed by Sastra Project
on
January 18, 2013
Rating:
Referensi yang anda gunakan tidak spesifik ke model arias nya . apakah buku yang membahas model arias lebih dalam belum ada ? lalu saya boleh request artiklel atau jurnal yang menyatakan bahwa dalam model arcs belum ada penilaian? soalnya ada komponen satisfication, jika tidak ada penilaian dari mana guru tau siswa tersebut puas atau tidak. mohon penjelasnya :) syukron
ReplyDeleteada mbak,, Sopah, D. 2008. Pengembangan dan penggunaan model pembelajaran ARIAS. Laporan penelitian. Tersedia pada www.depdiknas.go.id
Deletemas apakah anda ada referensi internasional mengenai model pembelajaran ARIAS? saya cari-cari yang muncul hanya model ARCS dan belum ada yang membahas ARIAS. mari berbagi, terima kasih.
ReplyDeleteTerima kasih sudah memberikan informasi baru mengenai model pembelajaran.
ReplyDelete