Teori Multiple Intelligence

Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kecerdasan tidak saja menekankan aspek kemampuan intelektual (kognitif) semata akan tetapi mementingkan aspek kemampuan sosial yang bersifat nonkognitif. Menurut konsep Multiple Intelligence individu tidak dikotak-kotakkan sebagai kelompok kecerdasan rendah dan kelompok kecerdasan tinggi melainkan memberikan gambaran profil delapan jenis kecerdasan. Apabila seorang anak dilayani atau difasilitasi dengan memperhatikan jenis kecerdasannya, maka ia akan tumbuh dan berkembang dengan lebih sempurna. Intelligensi jamak (Multiple Intelligences) merupakan temuan dan terobosan baru di dalam bidang intelligensi yang ditemukan oleh Howard Gardner . Beberapa alasan yang dikemukan oleh Gardner, tentang temuannya tersebut di antaranya adalah isolasi potensial oleh kerusakan otak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gardner cs, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami kecelakaan dan ternyata ada pengaruhnya terhadap otaknya. Misalnya, seseorang yang rusak ‘bagian’ depan otaknya, maka kecerdasan linguistiknya rusak, sehingga ia sukar berbicara, membaca, dan menulis, namun ia masih bisa melakukan matematika, menyanyi menari, dan berhubungan dengan orang lain. Gardner menyimpulkan bahwa ada paling tidak tujuh daerah yang otonom dalam sistem otak dan masing-masing mempengaruhi satu macam kecerdasan dan mempengaruhi keberadaan anak ’super’. Pada seseorang jika ada satu perangkat kecerdasan yang sangat tinggi membuat orang itu lemah dalam beberapa kecerdasan lainnya. Misalnya, seseorang yang tinggi logika-matematikanya, lemah dalam berkomunikasi, fungsi berbahasanya.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan jamak ditunjang oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan kecerdasan jamak. Hal ini dapat dilihat dari gambar-gambar di gua-gua kuno. Selain alasan tersebut di atas temuan psikometrik menunjang keberadaan intelligensi jamak hal ini dapat dilihat dari materi menggali informasi dan kosa kata di dalam tes baku IQ. Alasan selanjutnya adalah berbagai temuan penelitian yang berkaitan dengan psikologi eksperimental yang mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan khusus dalam membaca belum tentu dapat mentransfer kemampuan tersebut ke dalam logika matematika dengan baik. Selanjutnya kecerdasan bodily kinesthetic, ditunjang oleh kemampuan meniru gerakan tubuh orang lain, kemampuan membangun rutinitas gerakan motorik halus. Jalur-jalur yang membuat manusia menjadi cerdas merupakan dasar untuk membedakan jenis-jenis kecerdasan jamak. Berdasarkan hal tersebut Gardner mengemukakan ada tujuh jenis kecerdasan jamak. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Lazaer memperkaya temuan Gardner dengan menambah satu jenis kecerdasan yaitu kecerdasan naturalis. Sejalan dengan penelitian di bidang ini maka untuk masa yang akan datang jenis-jenis kecerdasan jamak mungkin akan bertambah. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut seperti yang dijelaskan pada bagian berikut ini.

Linguistic Intelligence (Word Smart)
Kecerdasan verbal/linguistik adalah bagian dari kecedasan jamak berkaitan dengan kepekaan terhadap bunyi, struktur, makna dan fungsi kata serta bahasa yang muncul melalui kegiatan bercakap-cakap, berdiskusi dan membaca. Selanjutnya kecerdasan jamak muncul pula dalam bentuk kemampuan dalam menggunakan kata-kata secara efektif, secara lisan atau tulisan, termasuk kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasan, fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau pemaknaan bahasa, dan dimensi pragmatik atau penggunaan secara praktis bahasa. Di antara penggunaannya termasuk retorik (mempengaruhi orang lain untuk bertindak), mnemonik (menggunakan bahasa untuk mengingat informasi), menjelaskan (menggunakan bahasa untuk menjelaskan), dan metabahasa (menggunakan bahasa untuk membahasnya sendiri). Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Suka menulis kreatif

(2) Menuturkan atau mengarang lelucon atau ceritera

(3) Sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil

(4) Menikmati membaca buku di waktu senggang

(5) Mengeja kata-kata dengan mudah dan tepat

(6) Menyukai pantun, puisi yang lucu dan permainan kata

(7) Suka mengisi teka-teki silang atau semacamnya

(8) Menikmati dan mendengar kata-kata lisan, ceritera, dan radio, dll.

(9) Memiliki kosa kata yang luas lebih dari anak seusianya.

(10) Unggul dalam pelajaran membaca dan menulis.

Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)
Kecerdasan logika matematika adalah bagian dari kecerdasan jamak berkaitan dengan kepekaan dalam mencari dan menemukan pola yang digunakan untuk melakukan kalkuasi hitung dan berpikir abstrak serta berpikir logis dan berpikir ilmiah. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menemukan perbedaan pola-pola logika dan numerik, kemampuan melakukan argumentasi yang panjang teratur dengan pola pikir yang terstruktur secara logis dan ilmiah. Jenis proses yang digunakan dalam pemecahan logika matematika termasuk : kategorisasi, klasifikasi, inferensi, generalisasi, kalkulasi dan tes hipotesis. Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Menghitung di luar kepala secara cepat

(2) Menikmati bahasa komputer

(3) Senantiasa bertanya, mengapa ini, itu dll

(4) Senang bermain catur dan permainan strategi lainnya

(5) Menjelaskan masalah secara logis

(6) Melakukan uji coba dan bereksperimen

(7) Mengerjakan teka teki silang yang logis

(8) Suka menyusun kategori dan hirarki

(9) Mudah memahami peristiwa sebab-akibat

(10) Menyenangi pelajaran matematika dan IPA
 
Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)
Kecerdasan visual-spatial adalah bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dalam memadukan kegiatan persepsi visual (mata) maupun pikiran serta kemampuan mentransformasikan persepsi visual spatial seperti yang dilakukan dalam kegiatan melukis, mendesain pola, merancang bangunan, dll. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ukuran, luas, dan hubungan-hubungannya yang ada di antara unsur-unsur itu. Didalamnya termasuk kemampuan memvisualisasikan, dan secara grafis menggambarkan ide-ide visual dan spasial, serta secara tepat mengorientasikan diri sendiri ke dalam matriks spasial. Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Menonjol dalam pelajaran seni

(2) Sewaktu berpikir, memberikan gambaran jelas tentang hal/peristiwa

(3) Mudah membaca peta, grafik dan diagram

(4) Menggambar sosok orang atau bentuk hewan persis seperti aslinya

(5) Senang nonton film, slide atau foto

(6) Senang bermain teka-teki silang, ‘maze’ dan kegiatan visual lainnya

(7) Sering melamun

(8) Membangun konstruksi tiga dimensi

(9) Mencoret-coret di atas kertas atau buku

(10) Mudah memahami gambar dan illustrasi daripada teks.
 
Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)

Kecerdasan kinestetik adalah bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol koordinasi gerakan tubuh melalui gerakan motorik kasar dan halus, seperti menggunakan alat-alat secara terampil, melompat, berlari, berhenti secara tiba-tiba dengan terampil dalam rangka melakukan gerakan senam atau gerakan menari, silat, dll. Selanjutnya kemampuan ini terwujud dalam kemampuan menggunakan keseluruhan potensi tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan (misalnya, sebagai aktor, pantomim, sebagai atlit, atau penari, dll), kemampuan untuk menggunakan tangan untuk memproduksikan atau mentransformasikan sesuatu/benda (misalnya, sebagai pemahat, pelukis, mekanik, ahli bedah). Kecerdasan ini juga mencakup keterampilan tubuh khusus seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, fleksibiltas, kecepatan, taktil dan kemampuan haptik. Anak-anak dengan kecerdasan bodily– kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Berprestasi tinggi dalam olahraga

(2) Bergerak-gerak ketika sedang duduk

(3) Terlibat dalam kegiatan fisik : olahraga, permainan, dll.

(4) Menikmati gerak melompat, lari, gulat atau lain kegiatan serupa

(5) Terampil dalam kerajinan tangan

(6) Pintar menirukan gerakan, kebiasaan dan perilaku orang lain

(7) Senang bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari atau kegiatan kotor lainnya

(8) Senang membongkar pasang benda atau hal lainnya.

Musical Intelligence (Music Smart) Kecerdasan musik irama adalah bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dalam mendengarkan suara, musik, dan suara lainnya. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan dalam menghasilkan dan mengapresiasi ritme dan musik yang dapat diwujudkan dalam kemampuan mempersepsikan, misalnya sebagai pemain musik, membedakan, misalnya sebagai kritisi musik, dan mengekspresikan, misalnya sebagai pelaku musik bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap ritme, melodi, dan bunyi musik lainnya dari sesuatu ciptaan musik. Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Senang memainkan alat musik

(2) Senantiasa ingat irama suatu melodi

(3) Berprestasi baik dalam seni musik di sekolah

(4) Senang belajar jika ada iringan musik

(5) Mengoleksi lagu-lagu di buku, CD, kaset

(6) Bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain

(7) Mudah mengikuti irama lagu musik

(8) Memiliki suara yang bagus untuk bernyanyi

(9) Peka terhadap suara-suara di lingkungan sekitar

(10) Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik.

Interpersonal Intelligence (People Smart)
Bagian dari kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang berkaitan dengan kepekaan dalam membedakan dan merespon perilaku yang ditampilkan orang lain. Kemunculan dari kecerdasan ini dapat dilihat dari kemampuan menggerakkan dan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama dalam tim, disenangi oleh orang-orang lain yang berada disekitarnya. Selanjutnya kecerdasan ini juga menyangkut kemampuan mempersepsikan dan membedakan berbagai modus, maksud tertentu, motivasi, dan perasaan dari orang-orang lain. Di dalam kecerdasan ini termasuk kepekaan ekspresi muka, suara, dan gerak-gerik, kemampuan untuk membedakan hal-hal dari banyak jenis tanda-tanda interpersonal, kemampuan untuk bereaksi secara efektif terhadap tanda-tanda demikian secara pragmatik (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk ikut dengannya dalam suatu tindakan). Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Punya banyak teman

(2) Banyak bersosialisasi di sekolah dan lingkungannya

(3) Tampak sangat mengenali lingkungannya

(4) Terlibat dalam kegiatan kelompok di luar sekolah

(5) Berperan sebagai penengah pada teman-teman atau keluarga jika ada konflik

(6) Menikmati permainan kelompok

(7) Bersimpati besar terhadap perasaan orang lain

(8) Menjadi sebagai penasihat atau pemecah masalah di antara teman-temannya

(9) Menikmati mengajar orang lain

(10) Tampak berbakat untuk menjadi pemimpin.
 
Intrapersonal Intelligence (Self Smart)
Kecerdasan intrapersonal adalah bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dalam melakukan instrospeksi terhadap diri sendiri dan membandingkannya dengan kelemahan dan kekuatan orang lain. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran akurat tentang diri sendiri (kekuatan sendiri dan keterbatasan sendiri), kesadaran tentang perasaan dalam diri, intensi, motivasi, temperamen dan keinginan-keinginan; dan kemampuan untuk disiplin diri sendiri, pemahaman sendiri dan percaya diri. Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Memperlihatkan sikap bebas dan memiliki kemauan yang kuat

(2) Bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri

(3) Memberikan reaksi keras ketika membahas isu-isu kontroversi

(4) Belajar/bekerja dengan baik secara sendiri

(5) Memiliki pandangan sendiri lain dari yang umum

(6) Belajar dari pelajaran masa lalu

(7) Dengan tepat mengekspresikan perasaannya

(8) Terarah pada pencapaian tujuan

(9) Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

Naturalist Intelligence (Nature Smart)
Kecerdasan naturalis adalah bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan kepekaan dalam mengapresiasi alam dan lingkungan sekitar. Kemunculan kecerdasan ini dapat dilihat dari kecintaan terhadap alam dan lingkungan melalui berbagai kegiatan seperti kepedulian terhadap lingkungan atau konservasi lingkungan alam sekitar. Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut.

(1) Akrab dengan peliharaan

(2) Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka

(3) Peka terhadap bentuk-bentuk alam

(4) Suka berkebun atau berada dekat kebun

(5) Menikmati akuarium, herbarium, terarium, atau sistem kehidupan lainnya

(6) Menunjukkan kesadaran ekologi yang tinggi

(7) Yakin bahwa binatang memiliki haknya sendiri

(8) Mencatat fenomena alam : hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis

(9) Menangkap : serangga, daun-daunan, dan benda-benada alam lainnya.

(10) Memahami topik-topik tentang sistem kehidupan.

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan Multiple Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, bekerja kelompok, berdiskusi, dan lain-lain. Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar. Dengan menggunakan Multiple Intelligences akan menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’. Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Teori Multiple Intelligence Teori Multiple Intelligence Reviewed by Sastra Project on January 20, 2013 Rating: 5

No comments:

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.