Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving)

Pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar fisika di sekolah (Tao dalam Suma, 2006). Pengajaran dengan model pembelajaran pemecahan masalah di sekolah dapat membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

   Larson (dalam Suma 2006), menyatakan secara umum tujuan pengajaran pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain sebagai tujuan, pemecahan masalah merupakan sarana memperdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama, serta membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu pada berbagai persoalan (Tao dalam Suma, 2006). Pemecahan masalah juga dianggap sebagai metode pembelajaran, di mana siswa berlatih memecahkan persoalan. Persoalan dapat datang dari guru, suatu fenomena tertentu atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa.
Menurut Taylor (dalam Suyanto dkk., 2001) problem solving mengembangkan kemampuan anak mengambil keputusan. Ada empat jenis pengetahuan yang dikembangkan dalam diri siswa melalui problem solving (Copley dalam Suyanto et al., 2001). Keempat pengetahuan tersebut ialah (1) deklaratif knowledge, (2) procedural knowledge, (3) schematic knowledge, dan (4) metacognitive knowledge. Declaratif knowledge adalah pengetahuan tentang fakta, terminologi, atau prinsip. Siswa mengetahui berbagai hal yang tidak ia ketahui setelah memecahkan masalah. Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang prosedur atau cara. Schematic knowledge adalah skema tentang cara yang telah ditempuh dan dimiliki siswa setelah memecahkan persoalan. Metacognitive knowledge yakni memikirkan kembali hal-hal yang sudah dipikirkan sehingga seseorang bertanggung jawab terhadap apa yang dipikirkannya.
Model pembelajaran pemecahan masalah dalam hal ini model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran pemecahan masalah dan keterampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan memecahkan masalah tersebut (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Tyler (dalam Redhana, 2002) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis diperlukan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan tepat.
Menurut Mitchell dan Kowalik (dalam Irma, 2008) crative problem solving adalah suatu cara berpikir dan bertindak dalam memecahkan suatu permasalahan. Kreatif (creative) adalah suatu ide dasar yang bersifat asli (orisinil), inovatif, efektif, dan komplek untuk menghasilkan suatu solusi yang memiliki nilai dan relevansi. Masalah (problem) adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diinginkan, situasi yang memiliki tantangan, dan mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Pemecahan (solving) dalam hal ini pemecahan masalah adalah penemuan jawaban dari masalah yang dihadapi. Jadi creative problem solving adalah suatu proses, metode atau sistem untuk mendekati suatu masalah dengan cara yang efektif dan efisien.
Menurut Lavonen et al. (dalam Irma, 2008) keistimewaan dari model pembelajaran creative problem solving adalah menempatkan siswa pada situasi yang nyata, karena masalah yang dikemukaan merupakan tipe masalah yang ill defined, komplek dan bermakna, dengan pemecahan yang kreatif dari siswa. Hal ini sejalan dengan riset di bidang pendidikan yang menunjukkan bahwa sebuah teknik yang efektif untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) adalah dengan membiarkan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang terkait dengan isu-isu kompleks (ill-defined problem) sesering dan sedini mungkin yang terkait dengan bidangnya King dan Kitchener (dalam Irma, 2008) . Siswa dapat bekerja dalam tim (kelompok), berkolaborasi dan menunjukkan sikap yang profesional dalam mengkonfrontasikan masalah dengan situasi nyata yang seluas-luasnya
Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah (Suyitno dalam Nuriana, TT. 2012).
Masalah diberikan di awal pembelajaran, sehingga terkadang siswa belum memiliki informasi yang lengkap untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun demikian siswa harus menyelesaikan masalah dengan menggunakan solusi yang terbaik dari data yang tersedia. Siswa akan berusaha mengaitkan prinsip atau konsep fisika yang terkait untuk memecahkan permasalahan. Apabila ada konsep yang belum mereka peroleh sebelumnya yang berkaitan dengan pemecahan masalah, maka konsep itu akan dipelajari sendiri oleh siswa secara mandiri, sehingga siswa akan menjadi lebih ingat terhadap konsep yang mereka pelajari sendiri tersebut. Tipe dari proses yang melalui banyak tahapan ini (multistaged process) merupakan karateristik dari model pembelajaran creative problem solving. Menurut Deluca, 1993; Fisher, 1990; Welch dan Lim, 2000 (dalam Lavonen dkk., 2002) tahapan tersebut adalah (1) merumuskan masalah, (2) mengaitkan masalah dengan dunia nyata, (3) meletakkan tujuan, (4) mengumpulkan banyak ide-ide, (5) mengevaluasi ide, (6) memilih dan menentukan solusi, dan (7) mengecek serta mengevaluasi hasil pemecahan masalah atau solusi.
Segi-segi yang sangat penting dalam memecahkan masalah adalah konstruksi tentang gambaran masalah. Sedangkan tingkat kesuksesannya ditentukan oleh cara pengorganisasian pengetahuan. Untuk menyusun gambaran masalah (problem construction) seseorang harus memahami empat aspek masalah, yaitu; (1) initial state, (2) goal state, (3) operator, serta (4) keterbatasan dan kekuatan seseorang dalam mengatasi masalah Nirwana (dalam Irma, 2008) Initial state merupakan pemahaman yang komprehensip tentang kondisi saat mengalami masalah. Goal state merupakan hasil yang ingin dicapai oleh seseorang yang memecahkan masalah. Sedangkan operator adalah tindakan dalam memecahkan masalah. Kemampuan dan keterbatasan yang dimaksud adalah ketersediaan dan kemampuan dalam menggambarkan seluruh informasi yang diketahui tentang masalah. (Irma, 2008)
Adapun proses dari model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving), terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
(1)   Klarifikasi Masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Klarifikasi masalah diperlukan karena penyelesaian terhadap suatu masalah sangat tergantung pada pemahaman terhadap masalah itu sendiri. Sekali masalah berhasil dirumuskan maka langkah berikutnya dapat dilalui dengan mudah.
(2)   Pengungkapan Pendapat
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam solusi/penyelesaian masalah. Siswa berusaha untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Untuk itu setiap siswa harus kreatif, berpikir secara divergen, dan memiliki daya temu yang tinggi.
(3)   Evaluasi dan Pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau solusi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Siswa meninjau kembali pendapatnya dengan memberikan penjelasan dari setiap pendapat yang diungkapkan, dengan demikian dapat dicoret strategi/cara/penyelesaian yang kurang relevan. Pada tahap ini siswa menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang kritis, selektif, dengan berpikir secara konvergen. Siswa memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi.
(4)   Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan solusi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
Secara umun sintaks model pembelajaran CPS adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran CPS
Fase
Prinsip Reaksi
Klarifikasi Masalah
v  Memberikan penjelasan kepada siswa apabila mengalami kesulitan tentang masalah yang diajukan.
·  Siswa mengklarifikasi masalah dan merumuskan masalah dalam kalimat sederhana.
·  Guru membantu memberikan penjelasan kepada siswa apabila mengalami kesulitan tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Pengungkapan Pendapat
v  Mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
·  Guru mengarahkan agar siswa berdiskusi di dalam kelompoknya dan setiap anggota kelompok bebas mengungkapkan pendapatnya tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
Evaluasi dan Pemilihan
v  Setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
·  Siswa meninjau kembali pendapatnya dengan memberikan penjelasan dari setiap pendapat yang diungkapkan dengan demikian dapat dicoret strategi/cara/penyelesaian yang kurang relevan
v  Memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi.
·  Siswa menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang kritis, selektif, dengan berpikir secara konvergen.
·  Siswa memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi.
Implementasi





v  Menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.
·  Siswa mengimplementasikan pendapat yang dipilih untuk diterapkan sampai ditemukan pemecahan msalah yang diharapkan.

Secara umum fundamental dari pemecahan masalah kreatif (creative problem solving) adalah keseimbangan yang dinamis antara pemikiran divergen dan konvergen (Dorval, 1999). Dalam model pembelajaran creative problem solving, siswa dilatih untuk memikirkan berbagai macam solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkannya, dan akhirnya menemukan satu fokus solusi yang tepat untuk diimplementasikan dalam memecahkan suatu masalah secara kreatif.


REFERENSI :

KLIK "Show" UNTUK MELIHAT REFERENSI

Dorval, K. B. 1999. Strengthening the heartbeat of creative problem solving-strategies for facilitating small groups. Buffalo, NY: Creative Problem Solving Group-Buffalo. Diakses dari http://www.econ.au.dk/Library/Specialer/19980219.pdf.

Lavonen, J., Autio, O., & Meisalo, V. 2002. Creative and collaborative problem solving in technology education: a case study in primary school teacher education. Journal of technology studies. Vol. 30 (2). Halaman 107-115. Diakses dari http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JOTS/v30/v30n2/pdf/lavonen.pdf.

Nuriana, R. D. Tanpa tahun. Model pembelajaran creative problem solving dengan video compact disk dalam pembelajaran matematika. Diakses pada tanggal 14 Desember 2012 dari http://www. mathematic.transdigit.com/indek.php/model_pembelajaran_creative_problem_solving_dengan_video_compact_disk_dalam_pembelajaran_matematika.htm.

Pepkin, K. L. 2004. creative problem solving in math. Diakses pada tanggal 15 juni 2012. Tersedia pada http://www.uh.edu?hti/cu/2004/v02/04.htm.

Redhana, I W. 2002. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMU Negeri 4 Singaraja kelas II1 semester 1 tahun ajaran 2002/2003 pada pembelajaran kimia melalui pembelajaran kooperatif dengan strategi pemecahan masalah. Laporan penelitian (tidak diterbitkan). Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja

Suma, K. 2006. Pengaruh struktur kelompok dan tipe masalah terhadap kinerja pemecahan masalah siswa. Jurnal pendidikan dan pengajaran. Vol. 39. No. 1. Halaman: 1-13

Suyanto, S., Suratsih., & Paidi. 2001. Meningkatkan kemampuan siswa SD untuk memecahkan masalah IPA melalui metode problem solving. Jurnal pendidikan matematika dan sains. No. 2. Th.VI/2001. Halaman: 1-9

Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) Model Pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) Reviewed by Sastra Project on August 27, 2016 Rating: 5

2 comments:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.