Teknik Mengajar Scaffolding

Scaffolding pertama kali diperkenalkan oleh Wood, Bruner, dan Ross (dalam Jalmo, 2009), merupakan proses meningkatkan kemampuan siswa atau orang yang baru dalam memecahkan masalah atau mencapai tujuan di luar dari kemampuan dirinya. Vygotsky mendefinisikan scaffolding sebagai “peran guru dan lainnya dalam membantu perkembangan siswa dan pemberian dukungan terstruktur untuk mencapai tahap atau tingkat berikutnya.

Reigeluth menyatakan konsep scaffolding berbeda dengan bantuan belajar yang diberikan guru kepada siswa pada umumnya. Scaffolding adalah bantuan yang diberikan untuk mendukung peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa. Jika bantuan yang diberikan tidak berhubungan dengan kompetensi tersebut maka tidak dapat dikatakan sebagai scaffolding. Scaffolding dilandasi dari teori sosiokultural Vygotsky, yaitu bahwa interaksi social memainkan peran yang mendasar dalam perkembangan kognisi. Belajar terjadi melalui partisipasi siswa dalam pengalaman-pengalaman social dan kultural yang sengaja ditanamkan. Jalmo (2009) menyatakan bahwa Vygotsky memiliki dua prinsip utama, yaitu the more knowledgeable other (MKO) dan the zone of proximal development (ZPD). MKO merupakan seseorang yang memiliki pemahaman yang lebih baik atau tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa. Dinyatakan oleh Vygotsky (dalam Jalmo, 2009) bahwa ada dua tingkat perkembangan siswa, yaitu tingkat perkembangan actual dan tingkat perkembangan actual sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah di bawah bimbingan orang yang lebih ahli. Kecakapan-kecakapan yang baru akan muncul dan dapat dikembangkan dengan berbagai tingkat bimbingan jika diberikan pada ZPD.
Aspek yang penting dalam scaffolding adalah bahwa scaffolding bersifat sementara. Ketika kemampuan siswa meningkat, scaffolding yang diberikan MKO secara berangsur-angsur ditarik. Guru secara bertahap melepaskan tanggungjawabnya kepada siswa (Pearson & Gallagher dalam Jalmo, 2009), sehingga tujuan akhir scaffolding adalah memungkinkan siswa menyelesaikan tugas dengan kemampuannya yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Menurut Applebee dan Langer (dalam Lipscomb et al, 2004) ada lima ciri pembelajaran dengan menggunakan scaffolding, yaitu: (1) kesengajaan, (2) kecocokan, (3) terstruktur, (4) kerjasama, dan (5) internalisasi.
Pembelajaran dengan menggunakan scaffolding akan efektif jika diperhatikan tiga hal berikut. Pertama, guru harus berhati-hati, tidak memberikan terlalu banyak bimbingan dalam waktu yang terlalu lama, karena akan mengkibatkan siswa menjadi tergantung dengan guru. Sejalan dengan tahap awal modelling, guru harus mulai dengan satu masalah dan siswa harus menyelesaikannya. Kedua, karakteristik scaffolding yang efektif adalah bahwa pembelajaran harus selalu dalam ZPD (Hartman dalam Jalmo, 2009). Ketiga, sangat penting bagi guru untuk berulangkali menghadapkan siswa dengan konsep-konsep ilmiah untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.
Dalam konsteks pembelajaran, Stuyf (dalam Jalmo, 2009) menyatakan bahwa scaffolding dapat meliputi model, petunjuk dorongan, bagian solusi, pemodelan berpikir, dan pembelajaran langsung. Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan sebagai scaffolding, diantaranya: (1) memecah tugas-tugas menjadi beberapa yang lebih kecil, (2) penggunaan “berpikir keras”, (3) proses berpikir verbal ketika penyelesaian tugas, (4) belajar kelompok yang merangsang kerja tim dan dialog antar teman sebaya, (5) dorongan nyata berupa pertanyaan, (6) pelatihan, dan (7) kartu petunjuk dan pemodelan.
Sejalan dengan pendapat Stuyf, dalam konteks pembelajaran problem solving terdapat jenis-jenis scaffolding yang bisa diberikan kepada siswa. Hannafin et al (dalam Jo An, 2010) mengidentifikasi empat tipe scaffolding, yaitu conceptual scaffolding, metacognitive scaffolding, procedural scaffolding, dan strategic scaffolding. Conceptual scaffolding dapat membantu siswa untuk menganalisis permasalahan kompleks yang dipecahkan. Conceptual scaffolding ini berupa project specification, resources and tips, feedback on draft solution. Metacognitive scaffolding adalah bantuan berupa langkah berpikir dan tahap-tahap kognitif yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan. Scaffolding ini berupa project plan dan progress reports. Procedural scaffolding adalah scaffolding berupa cara memanfaatkan dan menggunakan berbagai sumber dan media untuk memecahkan masalah. Scaffolding ini berupa media pembelajaran dan prosedur pengajaran. Terakhir, strategic scaffolding menyediakan bantuan berupa pendekatan untuk menyelesaikan tugas dan pemecahan masalah. Scaffolding ini berupa feedback on project plan, feedback on progress reports, dan resources and tips.
 Conceptual scaffolding dapat berupa serangkaian butir soal yang mengungkap permasalahan konsep sebuah konsep dasar sebagai underlaying concept. Jenis scaffolding inilah yang dimaksudkan sebagai conceptual scaffolding (scaffolding yang memberikan pijakan konsep). Senada dengan penjelasan ini, Ding et al (2011) memberikan contoh instrumen conceptual scaffolding dalam pembelajaran fisika, sebagai berikut.

1. A small object attached to a spring of stiffness k is oscillating on a smooth surface, where the frictional force between the object and the surface is negligible. Initially the mechanical energy of the spring-object system is Ei. After the block travels a distance of d, how does the total mechanical energy of the spring-object system change?
1)      It remains the same: E
2)      It increases by a value of kd2
3)      It increases, but the increased value is unknown
4)      It decreases by a value of kd2
5)      It decreases, but the decreased value is unknown

2. A small object attached to a spring is oscillating on a rough surface, where the frictional force between the object and the surface is a constant f. Initially the mechanical energy of the spring-object system is Ei. After the block travels a distance of d, how does the total mechanical energy of the spring-object system change?
1)      It remains the same: E
2)      It increases by a value of  f.d
3)      It increases, but the increased value is unknown
4)      It decreases by a value of  f.d
5)      It decreases, but the decreased value is unknown

3. A small ball of mass 0.05 kg is attached to a spring of stiffness 2 N/m, and it oscillates along the x axis on a rough surface. Intially the maximum spring stretch is 1 m. Due to the friction between the ball and the table surface, the maximum strectch of the spring gets smaller. After traveling a distance of 3.8 m, the ball is at the position x = +0.6 m. At this moment what is the speed of the ball? The frictional coefficient between the ball and the table is μ­kinetic = μ­static = 0.2

Berdasarkan contoh tersebut, soal no 1 dan 2 merupakan instrumen conceptual scaffolding yang digunakan untuk dapat menyelesaikan soal no 3. Pada soal no 1, hanya mengandung sebuah konsep yaitu, konsep kekekalan energi yang terjadi ketika tidak adanya gaya disipatif yang bekerja pada sistem. Pada soal no 2 terdapat konsep ketidakkekalnya energi mekanik akibat adanya gaya disipatif, yaitu gaya gesek. Gabungan kedua model soal ini dapat memberikan pijakan berpikir kepada siswa tentang konsep syarat-syarat terjadinya konsep kekekalan energi mekanik.
Sementara itu, metacognitive scaffolding bisa berupa project plan dan progress report. Metacognitive scaffolding memberikan panduan kepada siswa tentang cara berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Scaffolding jenis ini akan memberikan bantuan kepada siswa untuk merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dilakukan. Oleh karena itu, metacognitive scaffolding dapat mengaktifkan kinerja pengetahuan metakognitif pebelajar selama proses pemecahan masalah.
Pengetahuan metakognitif berperan penting dalam proses problem solving. Goos et al (dalam Gok, 2010) menyatakan bahwa problem solving mempersyaratkan adanya proses analisis terhadap informasi yang terkandung pada masalah yang dipecahkan, mengorganisasikan informasi tersebut, mempersiapkan rencana pemecahan masalah, dan mengevaluasi rencana dan tindakan pemecahan masalah tersebut. Proses ini memerlukan keterampilan yang terkait dengan kemampuan metakognitif. Flavell dan Brown (dalam Jo An, 2010) mendefinisikan metacognitif sebagai pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi. Metakognitif mengacu pada pengetahuan siswa tentang proses kognisi serta kemampuan untuk melakukan kontrol dan monitoring proses-proses yang dilakukan selama pemecahan masalah. Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan deklaratif, prosedural, dan strategis.
Kedua jenis scaffolding tersebut akan diimplementasikan dalam model pembelajaran problem solving yang diverifikasi dalam penelitian ini. Adapun conceptual scaffolding akan diberikan kepada siswa pada tahap I (understanding the problems), sedangkan metacognitive scaffolding akan diberikan pada tahap I hingga tahap III (carrying out the plan).
Hartman (dalam Jalmo, 2009) menyatakan tiga outcome  yang dihasilkan dari pembelajaran menggunakan scaffolding, yaitu: (1) membantu siswa mencapai tingkat pemahaman dan ketuntasan belajar yang sepertinya tidak mungkin dicapai tanpa pembimbingan, (2) siswa berkembang menjadi pebelajar mandiri,  dan (3) membantu siswa mengembangkan kecakapan-kecakapan yang membuat menjadi siswa yang memiliki self-directed  dan self-regulated.
Di sisi lain, Lipscomb et al (2004) mengungkapkan terdapat sembilan keuntungan dari proses pembelajaran menggunakan scaffolding, yaitu: (1) dapat mengidentifikasi bakat dan tingkat kemampuan siswa seawall mungkin, (2) memberikan pembelajaran secara individual, (3) memberikan jaminan yang lebih besar dalam pencapaian pemahaman yang komprehensip, (4) memberikan pengalaman belajar yang variatif, (5) meningkatkan efesiensi pembelajaran, (6) menciptakan percepatan melalui pemberian bimbingan secara terstruktur, (7) membuat siswa berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran, (8) mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar, dan (9) meminimalkan tingkat keputusasaan siswa dalam belajar.

REFERENSI:

KLIK "Show" UNTUK MELIHAT REFERENSI
Ding, L., Reay, N., Lee, A., & Bao, L. 2011. Exploring the role of conceptual scaffolding in solving synthesis problems. Physics Education Research. 7(2): 1- 11. Tersedia pada: http://www.ding.osu.edu.

Jo An, Y. 2010. Scaffolding wiki-based, ill-structured problem solving in an online environment. Journal of Online Learning and Teaching. 6(4): 723 – 734. Tersedia pada: http://www. jolt.merlot.org.

Lipscomb, L., Swason, J. & Anne, W. 2004. Scaffolding: From emerging perspective on learning. Teaching and Teachnology.



Teknik Mengajar Scaffolding Teknik Mengajar Scaffolding Reviewed by Sastra Project on August 28, 2016 Rating: 5

9 comments:

  1. The present day platform has turned into a shelter for the development part as these have helped in killing the wastage of time, work and cash in the establishment of the framework structure. https://www.qualityscaffolding.co.uk/

    ReplyDelete
  2. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete
  3. teknik mengajar yang bagus sekali

    Elever

    ReplyDelete
  4. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete
  5. scaffolding system is very important to any construction project. scaffolding coupler

    ReplyDelete
  6. The mattress is a great place to shop for a good deal of information. A great way to get a good idea is to buy a foam latex mattress. Also, a great way to get a freightliner truck mattress

    ReplyDelete

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.