Model Pembelajaran Problem Solving dan Reasoning

Setiap hari individu dihadapkan pada berbagai situasi yang harus kita selesaikan dengan baik. Pembelajaran yang sering digunakan guru memberi dampak bahwa siswa diajarkan untuk menjawab dan mendengarkan tidak melatih siswa untuk melatih proses berpikirnya.

Model pembelajaran problem solving dan reasoning merupakan teori yang dibangun oleh konsep-konsep: problem, problem solving, dan reasoning. Problem adalah situasi yang tidak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban (Juniartina, 2010) atau dengan kata lain problem adalah keadaan yang perlu diselesaikan dan menjadi tanggung jawab individu.  Problem solving ialah sebagai susunan dalam situasi tertentu yang mengarah pada hasil yang ditentukan di dalam teks prosedur oleh pebelajar. Reasoning adalah unsur yang paling penting dimana melibatkan manipulasi rangsangan lisan untuk membatasi alternatif respon sesuai dengan hasil dari permasalahan yang dihadapi (Robbins, 2011). Bagi individu, penalaran (reasoning) mewakili dan memberikan alasan tentang objek dan hubungan antara sesuatu yang bergantung terhadap beberapa metode dan fungsi, pemikiran, menjawab pertanyaan, proses pembahasaan, perencanaan dan menentukan pemecahan masalah yang digunakan. Reasoning merupakan proses kognitif mencari alasan terhadap suatu keyakinan (Kunchon, 2012).
Semua masalah mempunyai tujuan, tetapi berbeda antara satu sama lain, perbedaan itu antara lain: (1) mungkin terdapat suatu tujuan tetapi pada saat permulaan ada beberapa cara penyelesaian yang sama berkesan; (2) mungkin terdapat satu tujuan dan pada saat permulaan ada beberapa cara penyelesaian; (3) mungkin terdapat satu tujuan dan ada beberapa cara penyelesaian, tetapi tidak ada satupun cara penyelesaian yang meyakinkan; dan (4) mungkin terdapat beberapa tujuan yang semuanya tidak jelas dan ini menyebabkan kesulitan bagi seseorang untuk memulai penyelesaian (Asrori, 2007).  Sutawidjaja dalam Mariawan et al (2007) memaparkan lebih lanjut ada dua syarat untuk mengelompokkan permasalahan yang bertipe problem solving dan reasoning yaitu: (1) orang itu tidak mempunyai gambaran langsung tentang jawaban masalah itu dan (2) orang itu berkeinginan atau berkemauan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Model problem solving dan reasoning adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Esensi dari model pembelajaran tersebut adalah adanya reorientasi pembelajaran dari semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Model problem solving dan reasoning memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks (Santyasa, 2004).
Model pembelajaran problem solving dan reasoning memiliki ciri-ciri bahwa seseorang yang dihadapkan pada suatu permasalahan fisika kemudian ia tidak mempunyai gambarang langung tentang penyelesaian tetapi ia berkeinginan untuk menyelesaikannya. Memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah seseorang perlu melibatkan pemikiran divergen, atau melakukan kegiatan mental (berpikir) yang lebih banyak dan kompleks dari pada kegiatan mental yang dilakukan pada waktu menyelesaikan soal-soal rutin. Dengan lebih banyak masalah-masalah yang diberikan melalui konsep-konsep fisika yang sedang dipelajari, maka siswa akan merasakan manfaat langsung dari fisika itu sendiri. Dengan demikian, motivasi siswa untuk belajar fisika akan berkembang dan tumbuh sikap yang positif terhadap fisika. Dengan berkembangnya motivasi dan sikap positif terhadap fisika, diharapkan proses belajar berlangsung secara bermakna yang pada akhirnya bermuara pada hasil belajar fisika siswa yang lebih baik.
Nur (dalam Mariawan et al, 2007) mengungkapkan ciri-ciri kelas yang melaksanakan model pembelajaran problem solving dan reasoning adalah
1.             Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
2.             Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3.             Pembelajaran menekankan pada pemecahan masalah kontekstual terbuka
4.             Prilaku siswa dibangun atas kesadaran diri, dan hadiah untuk prilaku baik adalah kepuasan diri
5.             Siswa menggunakan langkah-langkah penalaran dalam memecahkan masalah
6.             Siswa mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dngan situasi dan pemecahan masalah
7.             Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.
Pembelajaran ini terlihat mengembangkan pembelajaran student centered dalam mengembangkan kompetenso penalaran dan kompetensi komunikasi sains siswa. Model pembelajaran berorientasi problem solving dan reasoning memiliki lima fase dengan prinsip-prinsip reaksi pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Fase dan Prinsip Reaksi dalam Model Pembelajaran Problem Solving dan Reasoning
No
Fase
Prinsip Reaksi
Siswa
Guru
1
Fase-1
Read and Think
Mengidentifikasi fakta/konsep/prinsip yang terlibat dalam masalah, visualisasi situasi masalah yakni menterjemahkan masalah ke dalam representasi verbal dan visual, deskripsi konsep fisis, menggambarkan sketsa (sekumpulan sketsa) suatu situasi masalah, dan mendeskripsikan seting pemecahan.
Menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan siswa suplemen materi ajar, menyajikan masalah pada LKS, meminta siswa mengidentifikasi dan mendeskripsikan fakta/ konsep/ prinsip yang esensial dalam situasi masalah, memotivasi dan mendorong siswa terlibat pada aktivitas read and think, dan meminta siswa mendiskusikannya dalam kelompok kecil.
2
Fase-2
Explore and plan
Mengeksplorasi dan merencanakan pengorganisasasian data atau informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik atau gambar.
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan aktivitas pada fase explore and Plan.
3
Fase-3
Select a Strategi
Memilih startegi yang cocok dengan menggunakan berbagai variasi dalam memecahkan masalah, seperti menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan.
Mendorong siswa untuk memilih strategi pemecahan yang cocok dengan menggunakan berbagai variasi solusi yang mungkin.
4
Fase-4
Find and answer
Memaksimalkan kemampuan berpikir secara matematis, mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi dan kalkulasi, aljabar dan geometri untuk menemukan solusi
Mendorong dan membantu siswa melaksanakan strategi yang dipilih untuk aktivitas pada fase  find and answer
5
Fase-5
Reflect and Extend
Melakukan refleksi dan penyelidikan seperti mengoreksi jawaban/solusi, menemukan alternatif jawaban/solusi yang lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan dan mengkomunikasikan solusi, memformulasikan masalah-masalah variaif yang orisinil
Membantusiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan serta mendorong siswa untuk menemukan alternatif solusi yang lain.
(dimodifikasi dari: Krulik dan Rudnick (dalam Mariawan & Suma, 2009))
Melalui fase-fase model pembelajaran ini yang meliputi read and think, explore and plan, select a strategy, find and answer, reflect and extend,  dan prinsip reaksi yang telah dipaparkan siswa dilatih mengembangkan daya nalar mereka dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi yang nantinya berdampak pada meningkatnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Proses pembelajaran model pembelajaran problem solving dan reasoning tidak berorientasi pada jawaban akhir dari suatu permasalahan yang disajikan, melainkan bagaimana jawaban itu diperoleh. Masalah-masalah yang diberikan adalah permasalahan yang mampu memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban sesuai dengan keinginan mereka dengan alasan-alasan yang dipertanggungjawabkan.

REFERENSI:
KLIK "Show" UNTUK MELIHAT REFERENSI
Asrori, M. 2007. Psikologi pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Juniartina, P. P. 2010. Implementasi model problem solving dan reasoning dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran formal siswa kelas xi-ia5 sma negeri 4 singaraja tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha

Kunchon, J. 2012. Reasoning skills, problem solving ability and academic ability: Implications for study programme and career choice in the context of higher education in Thailand. Thesis (tidak diterbitkan). School of Education. Durham University.

Mariawan, I M., Suardana, I G. N., & Sudari, L. 2007. Meningkatkan kompetensi penalaran dan komunikasi sains siswa SMP melalui implementasi model pembelajaran reasoning dan contetual problem solving. Laporan Penelitian PIPS 2007. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha.

Mariawan, I M. & Suma, K. 2009. Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berorientasi coeps untuk mengembangkan kompetensi berpikir tingkat tinggi siswa smp. Laporan Penelitian Hibah Bersaing (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.

Robbins, J. K. 2011. Problem solving, reasoning, and analytical thinking in a classroom environment. The Behavior Analyst Today. 12(1): 40-47. Tersedia pada http://www.baojournal.com.



Model Pembelajaran Problem Solving dan Reasoning Model Pembelajaran Problem Solving dan Reasoning Reviewed by Sastra Project on September 05, 2016 Rating: 5

1 comment:

Silakan tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini

Powered by Blogger.